BAB II
KARAKTERISTIK BAHASA
2.1 Tujuan
Setelah mempelajari bab ini
diharapkan mahasiswa dapat:
a.
mengidentifikasi
karakteristik bahasa manusia

b.
menjelaskan bahasa sebagai
sistem
c.
menjelaskan bahasa sebagai
lambang
d.
menjelaskan bahasa adalah bunyi
e.
menjelaskan bahasa itu bermakna
f.
menjelaskan bahasa itu arbitrer
g.
menjelaskan bahasa itu
konvensional
h.
menjelaskan bahasa itu
produktif
i.
menjelaskan bahasa itu
bervariasi
j.
menjelaskan bahasa itu
manusiawi
k.
menjelaskan bahasa itu unik
l.
menjelaskan bahasa itu dinamis
2.2 Materi
Bahasa manusia mempunyai karakter sebagai berikut. Bahasa merupakan (1) suatu sistem, (2) suatu
lambang, (3) suatu bunyi, (4) bermakna, (5) arbitrer, (6) konvensional, (7)
produktif, (8) dinamis, (9) unik, (10) universal, (11) manusiawi, (12)
bervariasi. Masing-masing ciri akan dipaparkan dalam uraian berikut.
A.
Bahasa sebagai Sistem
Sistem berarti susunan teratur berpola yang
membentuk suatu keseluruhan yang bermakna atau berfungsi. Suatu sistem dibentuk
oleh sejumlah unsur atau komponen yang satu dengan lainnya berhubungan secara
fungsional. Sebagai contoh, kita dapat mengamati yang terdapat
dalam tubuh kita. Tubuh manusia sebagai suatu sistem terdiri atas bagian-bagian
yang saling berhubungan. Ketika salah satu bagian mengalami suatu gangguan, hal
tersebut akan mengganggu kinerja sistem. Suatu contoh ketika kepala kita pusing
karena migrain atau karena flu yang berat, hal tersebut akan mengganggu
keseluruhan kinerja tubuh kita. Tubuh menjadi lemas dan tidak bersemangat.
Demikian pula yang terjadi dengan sistem yang bekerja pada sebuah sepeda motor
misalnya, ketika ban sepeda motor kempes, sepeda motor tersebut tidak dapat
berfungsi secara maksimal.
Seperti halnya, tubuh manusia dan sepeda motor. Sebagai suatu
sistem, bahasa terdiri atas komponen-komponen yang membangun dan saling
berhubungan. Dalam bahasa
terdapat komponen bunyi, morfem, kata, kalimat, dan makna. Komponen-komponen
tersebut dihubungkan sehingga terbentuk suatu ujaran yang bermakna. Sebagai contoh dapat kita amati bentuk berikut.
-
Anak kecil itu lucu sekali.
-
*Kecil itu lucu anak sekali.
Dua konstruksi tersebut sama-sama terdiri atas
lima kata. Konstruksi pertama dapat diterima sebagai ujaran yang sesuai dengan
sistem bahasa Indonesia, sedangkan ujaran yang kedua tidak dapat berterima
karena tidak sesuai dengan sistem bahasa Indonesia. Dalam suatu sistem,
terdapat kaidah-kaidah yang menata sehingga hubungan antara satu unsur yang
satu dengan unsur yang lain dalam suatu bahasa dapat berterima. Terdapat kaidah
yang mengatur hubungan antarunsur secara linear (mendatar) yang mengatur
hubungan unsur yang hadir dengan unsur yang mendaha\ului atau yang menyertai.
Kaidah ini disebut sebagai kaidah sintagmatik. Misalnya hubungan antara bunyi
/a/, /u/, /k/, dan /t/. Empat unsur bunyi tersebut dapat bergabung membentuk
suatu konstruksi sebagai berikut.
-
/takut/
-
/kuta/
-
/kuat/
-
/akut/
|
-
*/aukt/
-
*/uakt/
-
*/ktua/
-
*/tkua/
- */tkau/
|
Deretan bunyi sebelah kiri dapat berterima karena sesuai dengan
kaidah sistagmatik bahasa Indonesia.
Sedangkan deretan bunyi sebelah kanan yang diberi tanda asterik (*) tidak dapat
berterima karena tidak sesuai dengan kaidah sintagmatik bahasa Indonesia.
Berbeda dengan kaidah sintagmatik, kaidah paradigmatik mengatur
hubungan antara unsur yang ada dengan unsur yang belum ada. Misalnya dari konstruksi
/kuta/ dapat berubah menjadi /kita/. Bunyi /u/ pada kuta diganti dengan bunyi
/i/. Demikian pula dari /kita/ dapat diubah menjadi /kota/ dengan menggantikan
bunyi /i/ dengn bunyi /o/.
Dari paparan tersebut dapat
diketahui sebagai sebuah sistem, bahasa
sekaligus bersifat sistematis dan sistemis. Sistematis artinya bahasa itu
tersusun menurut suatu pola; tidak tersusun secara acak dan secara sembarangan. Sedangkan sistemis artinya
bahasa itu bukan merupakan sistem tunggal, tetapi terdiri atas subsistem atau
sistem bawahan. Terdapat subsistem fonologi, morfologi, sintaksis, leksikon dan
semantik. Subsistem fonologi, morfologi, dan sintaksis bersifat hierarkial, dan
terkait dengan subsistem semantik. Subsistem leksikon berada di luar subsistem
struktural namun tetap terkait dengan subsistem semantik. Sistem bahasa yang
bersifat hierarkial inilah yang membedakannya dengan sistem yang lain. Sistem
lain umumnya tidak mempunyai sifat tersebut.
Dalam sistem bahasa yang hierarkis,
tataran paling kecil adalah bunyi. Bunyi bergabung dengan bunyi membentuk
morfem. Morfem bergabung dengan morfem membentuk kata. Kata bergabung dengan
kata membentuk frase. Frase dengan frase membentuk konstruksi klausa. Satu
klausa atau beberapa kalimat dapat bergabung membentuk suatu kalimat. Kalimat yang satu dirangkai dengan kalimat
yang lain membangun konstruksi wacana. Tataran dalam bahasa tersebut dapat dibagankan sebagai berikut.
fonem
|
m
a
k
n
a
|
morfem
|
|
kata
|
|
frase
|
|
klausa
|
|
kalimat
|
|
wacana
|
B.
Bahasa sebagai Lambang
Dalam studi semiotik (ilmu yang mempelajari tanda-tanda yang ada
dalam kehidupan manusia), tanda dibedakan
menjadi beberapa jenis yaitu tanda (sign), lambang (symbol), isyarat/sinyal (signal),
gejala (symptom), gerak isyarat (gesture), kode (code),
indeks (index), dan ikon (icon).
1. Tanda
Tanda adalah suatu atau
sesuatu yang dapat menandai atau mewakili ide, pikiran, perasaan, benda, dan
tindakan secara langsung dan alamiah. Tanda bisa dianggap sebagai istilah umum
dalam studi semiotik. Misalnya ketika kita melihat adanya pecahan kaca
berserakan di jalan, hal itu secara langsung dapat menjadi tanda kalau baru
saja terjadi kecelakaan. Contoh lain
ketika kita melihat banyak lumpur di jalan dan bahkan masuk ke dalam rumah, hal
tersebut dapat menjadi tanda kalau baru saja terjadi banjir. Ketika banyak dahan berjatuhan dan
beberapa pohon roboh, hal tersebut dapat menjadi tanda kalau baru terjadi angin
ribut.
2. Lambang atau simbol

Bunyi-bunyi suatu bahasa dilambangkan dengan
menggunakan huruf-huruf tertentu. Setiap
bahasa mempunyai konvensi tersendiri berkaitan dengan sistem huruf yang
digunakan untuk melambangkan bunyi bahasanya. Bunyi-bunyi bahasa Indonesia
dilambangkan dengan menggunakan huruf latin. Bahasa Jawa menggunakan huruf
Jawa. Bahasa Arab menggunakan huruf Arab. Bahasa Jepang menggunakan huruf
hiragana dan katakana.
3. Sinyal atau isyarat
Sinyal atau isyarat adalah tanda yang sengaja dibuat oleh pemberi sinyal
agar si penerima sinyal melakukan sesuatu. Sinyal bersifat imperatif,
memberikan suatu perintah kepada penerima sinyal untuk melakukan sesuatu.
Misalnya ketika memberangkatkan lomba gerak jalan, ketua panitia memberi
isyarat dengan melambaikan bendera. Seorang guru meniup peluit untuk memberi
aba-aba muridnya lari 100 meter. Lampu lalulintas (traffic light) juga
merupakan suatu perintah bagi pengguna jalan. Merah sebagai aba-aba berhenti;
kuning sebagai aba-aba untuk mengurangi kecepatan; dan hijau sebagai aba-aba
untuk jalan.
4.
Gerak isyarat (gesture)
Gerak isyarat adalah tanda yang dilakukan dengan gerakan anggota
badan dan tidak bersifat imperatif. Gerak isyarat ini juga merupakan sebuah
konvensi. Misalnya gerakan mengangguk
pada suatu masyarakat tertentu digunakan untuk menyatakan tanda setuju tetapi pada masyarakat lain
justru sebaliknya digunakan untuk menyatakan ketidaksetujuan. Demikian juga
dengan gerakan menggeleng, pada masyarakat tertentu untuk menyatakan tanda tidak setuju, tetapi pada masyarakat
lain justru untuk menyatakan setuju.
5.
Gejala
Gejala adalah suatu tanda yang tidak disengaja, yang dihasilkan
tanpa maksud tetapi secara almiah menunjukkan atau mengungkapkan bahwa sesuatu
akan terjadi. Misalnya ketika seseorang bersin-bersin. Hal itu menunjukkan
gejala flu; panas yang tinggi merupakan gejala penyakit tipus.
6.
Kode
Kode adalah tanda baik berupa
simbol, sinyal, maupun gerak isyarat yang dapat mewakili pikiran, perasaan,
ide, benda, tindakan yang disepakati untuk maksud tertentu. Kode bersifat
sistematis yang dipahami oleh mereka yang sudah sepakat menggunakannya. Karena
untuk menjaga kerahasiaan, sekelompok penutur tertentu menggunakan kode-kode
agar tidak dipahami oleh orang lain.
7.
Indeks
Indeks adalah tanda yang
menunjukkan adanya sesuatu yang lain. Misalnya adanya asap menunjukkan adanya api; suara gemuruh
air menunjukkan adanya suatu air terjun atau datangnya banjir bandang.
8.
Ikon
Ikon adalah gambar/patung
dari wujud yang diwakilinya. Misalnya: denah jalan, gambar monumen,
patung pahlawan.
C.
Bahasa adalah bunyi

D.
Bahasa itu bermakna
Dalam suatu bahasa, ujaran atau kata-kata itu
mempunyai makna. Ujaran sebagai lambang (A) mempunyai makna (B) dan
dalam realita kehidupan ditemukan rujukannya (C). Hubungan ketiganya
dapat digambarkan sebagai berikut.


A ------------------------------ C
A : lambang
B : makna
C : acuan / referen
Sebagai contoh kata kuda
dilambangkan dengan deretan bunyi /k u d a/ (A). Deretan bunyi tersebut
mempunyai makna B : ‘kuda’ yang merujuk pada binatang yang biasanya digunakan
untuk tunggangan atau menarik sado (C). Kebermaknaan bahasa tersebut tidak hanya pada tataran kata, tetapi juga
pada tataran bunyi, morfem, frase, klausa, kalimat, dan wacana. Pada tataran kalimat misalnya, urutan kata
dapat mempengaruhi makna yang dihasilkan. Misalnya pada kalimat berikut.
- Adik sedang membacakan temannya puisi.
- Temannya sedang membacakan adik puisi.
Kedua kalimat tersebut mempunyai unsur pembentuk yang sama, tetapi karena
perbedaan urutan kata, makna kalimatnya jadi berbeda. Meskipun berbeda, kedua kalimat tersebut masih
berterima dalam bahasa Indonesia.
E.
Bahasa itu arbitrer
Arbitrer berarti sewenang-wenang, berubah-ubah, tidak tetap, mana
suka. Istilah arbitrer berarti tidak ada hubungan wajib antara lambang bahasa
(yang berwujud bunyi) dengan acuan, konsep atau pengertian yang dimaksud. Misalnya mengapa harus /kuda/ bukan /akud/
atau /kadu/. Dalam bahasa Indonesia, kita menyebutnya dengan /kuda/, dalam
bahasa Inggris disebut /horse/, dalam
bahasa Jepang disebut /uma/, dan
dalam bahasa Jawa disebut /jaran/.
Perbedaan dalam menyebutkan tersebut menunjukkan bahwa bahasa itu bersifat
arbitrer.
Namun demikian, kita juga menemukan
beberapa kata yang antara lambang bunyi dengan rujukannya seolah-olah mempunyai
hubungan. Misalnya pada bunyi-bunyi onomatope (kata yang berasal dari
tiruan bunyi). Kucing disebut meong karena dalam telinga kita kucing mengeluarkan
bunyi seperti itu. Seekor binatang dinamakan tokek karena mengeluarkan bunyi
tokek, tokek, tokek. Dalam bahasa Jawa misalnya ditemukan kata-kata yang jika
diotak-atik mempunyai hubungan dengan rujukannya. Misalnya kata kodok, tebu, kathok, cangkir. Kodok diartikan sebagai teko-teko ndodok; tebu, antebing kalbu; kathok, ngangkate sitok-sithok, dan cangkir diartikan sebagai panyancanging
pikir.
F.
Bahasa itu konvensional
Meskipun hubungan antara lambang bunyi dengan yang dilambangkan
bersifat arbitrer, tetapi penggunaan lambang tersebut untuk suatu konsep
bersifat konvensional, artinya semua anggota masyarakat bahasa itu mematuhi
konvensi bahwa lambang tertentu itu digunakan untuk mewakili konsep yang
diwakilinya. Misalnya dalam bahasa Indonesia terdapat kata saya yang sudah disepakati oleh penutur bahasa Indonesia. Kata tersebut tidak bisa
diubah menjadi ayas.
Dalam masyakarat tutur tertentu karena untuk suatu kepentingan
kadang-kadang kata-kata ang sudah disepakati tersebut diubah. Misalnya bahasa
balikan yang dilakukan oleh kelompok tutur dari Malang, atau kelompok tutur tertentu yang
tidak ingin ujarannya diketahui oleh orang lain. Para
waria misalnya, menciptakan kata-kata tertentu agar ujarannya hanya dipahami
oleh komunitas tuturnya saja. Jika sudah diketahui banyak orang, maka mereka akan melakukan inovasi lagi.
G.
Bahasa itu produktif
Bahasa memiliki unsur yang
terbatas, tetapi dengan unsur-unsur yang jumlahnya terbatas itu dapat
dibuat satuan-satuan bahasa yang
jumlahnya tidak terbatas, meski secara relatif sesuai dengan sistem yang
berlaku dalam bahasa tersebut. Bahasa Indonesia hanya mempunyai lima vokal dan sejumlah konsonan tetapi dengan jumlah
bunyi yang terbatas tersebut penutur bahasa Indonesia dapat berbahasa dalam
waktu yang sangat lama dan mereka tidak pernah kehabisan kata dalam bahasa Indonesia.
Karena dengan jumlah unsur yang terbatas dapat dihasilkan ujaran yang tidak
terbatas inilah bahasa dikatakatan bersifat produktif.
H.
Bahasa itu unik
Setiap bahasa mempunyai ciri khas yang spesifik tidak dimiliki oleh
bahasa yang lain. Ciri khas tersebut dapat menyangkut sistem bunyi, sistem
pembentukan kata, sistem pembentukan kalimat, dan sistem lainnya. Dalam sistem
bunyi misalnya, penutur bahasa Indonesia dari Bali
akan kesulitan melafalkan /t/, mereka biasa melafalkannya sebagai /th/. Itulah
keunikan lafal dalam bahasa Bali yang berbeda dengan bahasa Indonesia. Dalam bidang kalimat,
kalimat bahasa Indonesia mempunyai struktur S-P-O yang berbeda dengan kalimat
bahasa Jepang yang berstruktur S-O-P.
I.
Bahasa itu universal
Selain bersifat unik, bahasa juga bersifat
universal. Artinya ada ciri-ciri yang sama yang dimiliki oleh setiap bahasa
yang ada di dunia ini. Misalnya semua bahasa mempunyai bunyi vokal dan
konsonan, setiap bahasa mempunyai satuan-satuan yang bermakna baik berupa
leksikon, frase, klausa, kalimat, dan wacana.
J.
Bahasa
itu dinamis

Bahasa itu mengalami perubahan karena keterkaitan bahasa dengan
manusia dan kehidupannya. Ketika
kehidupan berubahan, bahasa pun ikut berubah. Perubahan tersebut bisa terjadai
pada semua tataran, baik fonologi, morfologi, sintaksis, semantik, maupun
leksikon. Misalnya: /f/ - /p/ : faham – paham;
/kh/ - /k/: - khabar – kabar; memper – kan,
diper – kan, diber – kan; sarjana, berlayar, saudara, bapak, ibu
(kata-kata tersebut mengalami perubahan makna).
K.
Bahasa itu manusiawi
Bahasa itu hanya milik manusia dan hanya dapat
digunakan oleh manusia. Manusia adalah homo sapien ‘mahkluk yang
berpikir’, homo sosio ‘ mahkluk yang bermasyarakat’; homo faber
‘mahkluk pencipta alat-alat’; animal rationale ‘makhluk rasional yang
berakal budi’. Semua karakteristik manusia tersebut tidak bisa dilepaskan dari
bahasa. Selain manusia, simpanse juga memiliki kemampuan untuk mengingat dan
melafalkan sejumlah kata tetapi binatang tersebut tidak mampu menggunakan apa
yang dilafalkannya itu untuk berkomunikasi. Dengan demikian semakin mempertegas
bahwa bahasa benar-benar hanya milik manusia. Binatang mempunyai alat
komunikasinya sendiri dan itu bukan bahasa seperti bahasa yang dimiliki oleh
manusia.
L. Bahasa itu
bervariasi
Bahasa digunakan oleh suatu masyarakat
tutur. Anggota masyarakat tutur tersebut berasal dari berbagai status sosial
dan latar belakang budaya yang berbeda. Hal tersebut menyebabkan terjadi
variasi bahasa. Berkaitan dengan ini terdapat berbagai istilah idiolek, dialek, dan ragam. Idiolek adalah variasi
atau ragam bahasa yang bersifat perseorangan. Dialek adalah variasi bahasa yang
digunakan oleh sekelompok anggota masyarakat pada suatu tempat dan suatu waktu.
Ragam adalah variasi bahasa yang digunakan dalam situasi, keadaan, atau untuk
kepentingan tertentu. Dengan mencermati cara berbahasa Indonesia seseorang
misalnya, kita dapat menduga orang tersebut berasal dari mana. Hal ini sangat dimungkinkan karena penutur
bahasa Indonesia sering dipengaruhi oleh bahasa daerahnya. Kelompok etnis
tertentu memiliki karakteristik yang kuat sehingga dapat menunjukkan dialeknya.
Misalnya etnis Batak, Bali, Madura. Pada kelompok masyarakat tutur tersebut
pemakaian bahasa Indonesia memiliki kekhasan tersendiri.
Ragam
bahasa juga menunjukkan kebervariasian suatu bahasa. Ragam bahasa tersebut
dapat dilihat dari pemakai dan pemakaiannya. Dilihat dari pemakainya dapat
dibedakan bahasa Indonesia ragam dokter, pengacara, pejabat, guru, politikus,
insiyur, pramuniaga, dan lain-lain. Dari pemakainya tersebut memunculkan ragam
bahasa berdasarkan pemakaiannya, yaitu ragam bahasa kedokteran, hukum, politik,
teknik, perdagangan, pendidikan, dan lain-lain.
2.3 Rangkuman

2.4 Soal Latihan

1. Jelaskan dengan contoh bahwa sebagai sistem
bahasa itu bersifat sistemis dan sistematis!
2. Apakah yang dimaksud sistem bahasa itu
bersifat hierarkhis? Berikan contoh!
3. Jelaskan perbedaan suatu lambang dengan suatu
simbol! Berikan contoh!
4. Di manakah letak kearbitreran bahasa?
5. Jika sekelompok penutur suatu bahasa melakukan
perubahan terhadap kata-kata dalam bahasa tersebut sehingga penutur lain tidak
memahami maknanya, maka dapatkah hasil inovasi itu dikatakan sebagai suatu
bahasa? Berikan argumentasi Saudara!
6. Berikan bukti-bukti
bahwa bahasa itu bersifat dinamis!
7. Jelaskan
keunikan bahasa Ibu Saudara yang membedakannya dengan bahasa Indonesia!
8. Setujukah
Saudara dengan pernyataan yang mengatakan bahwa bahasa itu hanya milik manusia?
Mengapa!
9. Apakah yang
dimaksud bahasa itu bersifat produktif? Berikan contoh!
10. Dapatkah ujaran yang dihasilkan oleh siswa Sekolah
Dasar dianggap sebagai ragam bahasa? Mengapa!
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusSangat membantu👍
BalasHapusSangat membantu👍
BalasHapusSangat membantu sekali. Terimakasih sender.
BalasHapus