BAB IV
KATA DAN PEMBENTUKAN KATA
DALAM BAHASA INDONESIA
4.1 Tujuan
Setelah mempelajari bab ini
diharapkan mahasiswa dapat:
a.
menjelaskan perbedaan konsep
morf, morfem, dan kata
b. menjelaskan jenis kata dalam bahasa
Indonesia
c.
menjelaskan cara pembentukan
kata dalam bahasa Indonesia

4.2 Materi
A. Konsep Morf, Alomorf,
Morfem, dan Kata
Untuk memahami ketiga konsep tersebut, marilah
kita cermati contoh kalimat berikut. “Mahasiswa PGSD berusaha menyelesaikan
tugas yang diberikan oleh dosen dengan terus belajar tanpa mengenal
lelah.” Kalimat tersebut terdiri atas 12
kata. Ada kata yang terdiri atas satu morfem, ada pula kata-kata yang terdiri
atas lebih dari satu morfem. Kata mahasiswa,
PGSD, tugas, yang, oleh, dosen, dengan, terus, tanpa, dan lelah merupakan kata yang terdiri
atas satu morfem, sedangkan kata berusaha, menyelesaikan, diberikan, belajar,
dan mengenal terdiri atas lebih dari
satu morfem. Kata berusaha terdiri atas morfem ber-
dan usaha; kata menyelesaikan terdiri atas morfem konfiks meN-kan dan selesai;
kata diberikan terdiri atas tiga
morfem, yaitu di-, beri, dan akhiran
–kan; kata belajar terdiri atas dua morfem yaitu ber- dan ajar; kata mengenal terdiri atas dua morfem yaitu
morfem meN- dan kenal.
Dari contoh tersebut dapat dibedakan konsep kata dan
morfem. Sebuah kata dapat terdiri atas sebuah morfem, tetapi dapat pula terdiri
atas lebih dari satu morfem. Sebaliknya sebuah morfem dapat menjadi sebuah kata
tetapi dapat pula bukan merupakan sebuah kata. Hal ini sangat bergantung pada
jenis morfemnya. Morfem mahasiswa, tugas, dosen, dengan, yang merupakan sebuah
kata, sedangkan morfem ber-, meN- bukan sebuah kata. Dengan demikian, apakah yang dimaksud dengan
morfem dan apa yang dimaksud dengan kata? Morfem merupakan satuan gramatik yang
paling kecil, yang tidak mempunyai satuan lain sebagai unsurnya. Sedangkan kata
merupakan satuan gramatik bebas terkecil yang bermakna.
Apakah yang dimaksud dengan morf? Kalau kita
cermati contoh di kalimat di atas, terdapat beberapa kata yang sebenarnya
mempunyai morfem yang sama tetapi wujudnya berbeda. Misalnya kata berusaha dan belajar; menyelesaikan dan
mengenal. Kata berusaha
dan belajar sama-sama mengandung
morfem ber- tetapi pada kedua kata
tersebut mempunyai realisasi yang berbeda, yaitu ber- pada kata berusaha
dan bel- pada kata belajar. Dengan demikian, morf dapat diartikan sebagai
wujud nyata atau realisasi dari suatu morfem. Bentuk ber- dan bel masing-masing
merupakan sebuah morf yang merupakan
alomorf (variasi morf) dari sebuah morfem yaitu morfem ber. Pada kata bekerja dan beternak, kita menemukan alomorf lain dari morfem ber-, yaitu morf
be-.
B. Jenis Kata
Penjenisan kata dapat
dilihat dari berbagai aspek dan sudut pandang.
Berdasarkan strukturnya kita dapat membedakan kata asal dan kata jadian,
sedangkan berdasarkan kategorisasinya kata dapat dibedakan menjadi nomina,
verba, ajektiva, dan lain sebagainya. Masing-masing jenis akan dipaparkan sebagai berikut.
1. Kata Asal dan Kata Jadian/Turunan
Kata
asal adalah kata yang menjadi asal dari suatu bentukan atau kata yang belum
mengalami proses morfologis (proses pembentukan kata). Sedangkan kata
Jadian/turunan adalah kata yang telah mengalami proses morfologis, baik melalui
afiksasi (prefiks, infiks, sufiks, dan konfiks), reduplikasi, maupun komposisi.
Contoh:
- kata asal: rumah
- kata jadian: perumahan,
dirumahkan, rumah-rumah, rumah tangga, rumah sakit
Pada contoh di atas, kata asal rumah dapat berubah menjadi kata jadian,
kata asal: kata perumahan dan dirumahkan
melalui proses afiksasi; berubah menjadi rumah-rumah
melalui proses reduplikasi; dan
berubah menjadi rumah tangga dan rumah sakit melalui proses komposisi.
Contoh lain misalnya dari kata asal: kata dapat berubah menjadi kata jadian: berkata, mengatakan, kata-kata, mengata-ngatai, mengata-ngatakan, kata hati.
Melalui proses
apakah perubahannya? Silakan didiskusikan dengan teman Saudara!
2. Kategori Kata
Bahasa Indonesia
Kategori kata merupakan masalah yang cukup rumit. Pandangan
satu ahli dengan ahli lain sangat berbeda bergantung pada aliran linguistik apa
yang mereka anut. Kategori kata di bawah
ini dipilih berdasarkan penguasaan kata untuk anak usia Sekolah Dasar.
Kata-kata tersebut yaitu:
a. Kata benda (nomina): ibu, rumah, mainan, kecantikan, Surabaya
b. Kata kerja (verba): lari, tidur,
kehujanan, meletus
c. Kata sifat (adjektiva): pandai, cantik,
tinggi
d.
Kata bilangan (numeralia):
satu, kedua, beberapa, banyak
e. Kata ganti (pronomina): aku (ku), engkau
(kau), kamu, dia, mereka, ini, itu
f.
Kata depan (preposisi): di, ke,
dari, pada
g. Kata sambung (konjungsi): dan, atau,
tetapi, ketika, yang
Definisi masing-masing kata tidak dipaparkan dalam
buku ini. Silakan didalami sendiri berdasarkan referensi yang ada dalam daftar
pustaka. Masing-masing kategori dapat
dicermati berdasarkan perilaku morfologis, sintaktis, dan berdasarkan aspek
semantisnya. Sebagai contoh kata benda (nomina). Secara semantis, nomina
diartikan sebagai kata yang melabeli suatu benda baik secara konkret maupun
abstrak. Misalnya ayah, malaikat, dan cinta. Kata ayah merupakan kata yang konkret,
tetapi malaikat dan cinta merupakan kata yang abstrak. Secara morfologis, nomina
dapat berupa bentuk asal, tetapi dapat pula berupa kata jadian baik melalui
proses afiksasi, reduplikasi, dan komposisi; sedangkan berdasarkan perilaku
sintaktisnya, nomina biasanya dapat diikuti oleh kata itu, -nya, yang dan dapat
menduduki fungsi Subjek, Predikat, Objek, maupun Keterangan.
C. Pembentukan Kata dalam Bahasa Indonesia
Kata dalam bahasa Indonesia dibentuk melalui proses morfologis dan
di luar proses morfologis. Proses morfologis
yaitu proses pembentukan kata-kata dari satuan lain yang merupakan
bentuk dasarnya. Dengan kata lain proses morfologis adalah peristiwa
penggabungan morfem yang satu dengan morfem yang lain menjadi kata. Ciri suatu
kata yang mengalami proses morfologis yaitu mengalami perubahan bentuk,
mengalami perubahan arti, mengalami perubahan kategori/jenis kata. Terdapat
tiga cara pembentukan kata melalui proses morfologis, yaitu afiksasi,
reduplikasi, dan komposisi.
1. Proses Morfologis
a. Afiksasi
Afiksasi merupakan proses penambahan
morfem afiks pada bentuk dasar. Afiks
tersebut dapat berupa prefiks (awalan), infiks (sisipan), sufiks (akhiran),
konfiks dan simulfiks (imbuhan gabung). Contoh masing-masing adalah sebagai
berikut.
- Prefiks: ber-, pe-, peN-; berlari,
pelari, pembunuh
- Infiks: er, el, em; gerigi, gelegar, gemetar
- Sufiks: -kan, -i, -isasi, -wan, -man; bacakan, lempari, reboisasi, hartawan, budiman
- Konfiks: ke-an, per-an; kemanusiaan, perlakuan, perbuatan
- Simulfiks: memper-kan, diper-kan; mempertanggungjawabkan, diperlakukan
Proses afiksasi ini biasanya akan
menyebabkan terjadi perubahan fonem pada suatu kata. Untuk itu perlu kita
cermati bersama kaidah morfofonemis yang merupakan kaidah yang mengatur perubahan
bunyi akibat proses morfologis. Kaidah
tersebut adalah sebagai berikut.
Kaidah Perubahan Fonem
1)
Fonem /N/ pada morfem afiks {meN-} dan {peN-}
akan berubah menjadi /m/ apabila bentuk dasar yang mengikutinya
berawal dengan fonem /p/,/ b/, dan /f/.
Misalnya:
- meN- + pikir à
memikir
- meN- + bakar à
membakar
- meN- + fitnah à
memfitnah
- peN- +
potong à
pemotong
- peN- + bual à pembual
- peN- + fitnah à pemfitnah
2)
Fonem
/N/ pada morfem afiks {meN-} dan {peN-} akan berubah menjadi /n/
apabila bentuk dasar yang mengikutinya berawal dengan fonem /t/, /d/, dan /s/ yang berasal dari bahasa asing dan masih terasa keasingannya.
Contoh:
- meN- + tolak à
menolak
- meN- + daki à
mendaki
- meN- + suplai à
mensuplai
- peN- + tanam à
penanam
- peN- + daki à
pendaki
- peN- + survai à
pensurvai
3) Fonem /N/
pada morfem afiks {meN-} dan {peN-} akan berubah menjadi /n/ apabila bentuk dasar yang mengikutinya berawal dengan fonem /s/, /s/, /c/, dan /j/.
Misalnya:
- meN- + sabit à menyabit
- men- i + syukur à mensyukuri
- meN- + cetak à mencetak
- meN- + jual à menjual
- peN- + sulap à penyulap
- peN- + ceramah à penceramah
- peN- + jajah à
penjajah
4)
Fonem /N/ pada morfem afiks {meN-} dan {peN-} akan berubah menjadi /n/ apabila bentuk dasar yang
mengikutinya berawal dengan fonem /k/, /g/, kh/, /h/, dan /vokal/.
Misalnya:
- meN- + kutip à mengutip
- meN- + goreng à menggoreng
- meN- + khitan à mengkhitan
- meN- + hias à menghias
- meN- + angkat à mengangkat
- meN- + ikat à mengikat
- meN- + ukur à
mengukur
- meN- + ejek à
mengejek
- meN + operasi à
mengoperasi
5)
Fonem /r/ pada morfem asiks
ber- dan per- akan berubah menjadi /l/ apabila bentuk dasar yang mengikutinya
berupa morfem ajar.
Misalnya:
- ber- + ajar à
belajar
- per- + ajar à
pelajar
6)
Fonem /?/ (hamzah) yang
menduduki posisi akhir pada bentuk dasar akan berubah menjadi /k/ apabila diikuti atau
bergabung dengan morfem afiks peN-an, ke-an, per-an, dan -an.
Misalnya:
- peN-an + kutuk à pengutukan
- peN-an + tolak à penolakan
- ke-an + duduk à kedudukan
- ke-an + elok à keelokan
- per-an + budak à perbudakan
- per-an + minyak à perminyakan
- an + kutuk à kutukan
- an + petik à petikan
Kaidah Penambahan Fonem
1) Apabila morfem afiks {meN-} dan {peN-}
diikuti oleh bentuk dasar yang bersuku satu akan terjadi penambahan fonem /e/
sehingga {meN-} menjadi {menge-} dan {peN-} menjadi {penge-}.
Misalnya:
-
meN- + las à mengelas
- meN- + cat à mengecat
-
peN- + las à pengelas
- peN- + cat à pengecat
2) Apabila morfem afiks {peN-an},
{ke-an}, {per-an}, dan {-an} bertemu dengan bentuk dasar : (1) berakhir dengan
vokal /a/ akan terjadi penambahan fonem /?/, (2) berakhir dengan vokal /u/,
/o/, dan /au/ akan terjadi penambahan /w/, dan (3) berakhir dengan vokal /i/
dan /ay/ akan terjadi penambahan fonem /y/.
Contoh:
-
peN-an + nama à penamaan /penama?an/
-
ke-an + sengaja à kesengajaan
- per-an + coba à percobaan
- paksa + -an à paksaan
- peN-an + buku à pembukuan /pembukuwan/
- ke-an + satu à kesatuan
-
per-an + sekutu à persekutuan
- satu
+ -an à satuan
-
peN-an + veto à pemvetoan /pemvetowan/
- per-an + toko à
pertokoan
- peN-an + bau à
pembauan
- ke-an + pulau à
kepulauan
- jangkau + -an à
jangkauan
- peN-an + daki à
pendakian /pendakiyan/
-
ke-an + lestari à kelestarian
-
per-an + judi à perjudian
- cuci
+ -an à cucian
Kaidah Penghilangan Fonem
1)
Fonem
/N/ pada {meN-} dan {peN-} akan mengalami penghilangan apabila bertemu dengan
bentuk dasar yang berawal dengan fonem /l, r, y, w/ dan /nasal/
Contoh:
- meN- + larang à melarang
- meN- + ramal à meramal
- meN- + nyanyi à menyanyi
- meN- + nikah à menikah
|
- peN- + lamar à pelamar
- peN- + ramal à peramal
- peN- + waris à
pewaris
- peN- + nyanyi à penyanyi
- PeN- + malu à
pemalu
|
2)
Fonem /r/ pada { ber-} dan
{ter-},akan mengalami penghilangan apabila bertemu dengan bentuk yang berawal
dengan /r/ dan bentuk dasar yang suku pertamanya mengandung /er/.
Contoh:
- ber + ragam à beragam
- ter- + rebut à terebut
- ber- + ternak à beternak
|
3)
Fonem / k, p,
t, s/ pada awal bentuk dasar yang
bertemu dengan {meN-} dan {peN-} akan
mengalami penghilangan fonem kecuali untuk bentuk dasar yang berasal dari
bahasa asing dan masih terasa keasingannya. Misalnya:
- meN- + kapur à
mengapur
- meN- + pikir à
memikir
- meN- + tolak à
menolak
- meN- + siram à
menyiram
|
- peN- + kejar à pengejar
- peN- + pikir à
pemikir
- peN- + tulis à
penulis
- peN- + sadap à
penyadap
|
b.Reduplikasi
Reduplikasi
merupakan proses pengulangan bentuk dasar yang dilakukan dengan pengulangan
seluruh, pengulangan sebagian, pengulangan berkombinasi dengan afiks,
pengulangan berubah bunyi.
- rumah-rumah
- perumahan-perumahan
- berlari-lari
- mengata-ngatakan
-
mengata-ngatai
- kebarat-baratan
- sayur-mayur
- lauk-pauk
Bentuk rumah-rumah dan
perumahan-perumahan merupakan
pengulangan secara utuh, artinya seluruh bentuk dasar mengalami proses
pengulangan. Bentuk berlari-lari dan
mengata-ngatakan mengalami pengulangan sebagian. Bentuk mengata-ngatai dan
kebarat-baratan mengalami pengulangan berkombinasi dengan afiks, sedangkan
sayur-mayur dan lauk-pauk merupakan pengulangan berubah bunyi.
c. Komposisi
Komposisi merupakan
suatu proses penggabungan dua atau lebih bentuk dasar sehingga menimbulkan
makna yang relatif baru. Makna yang
timbul akibat penggabungan tersebut ada yang dapat ditelurusuri dari unsur yang
membentuknya, ada yang maknya tidak berkaitan dengan unsur pembentuknya, dan
ada yang mempunyai makna unik. Contoh masing-masing tipe dapat dilihat pada
contoh berikut.
- rumah makan
- pisang goreng
- matahari
- kumis kucing
- tua renta
- muda belia
2. Pembentukan di luar Proses Morfologis
Pembentukan kata di luar proses morfologis dibentuk melalui beberapa cara, yaitu akronim, abreviasi, abreviakronim, kontraksi, dan kliping.
a.
Akronim; pemendekan dengan
mengambil satu suku atau lebih kata-kata asalnya. Misalnya:
- krismon (krisis moneter)
- sembako (sembilan bahan pokok)
- kultum (kuliah tujuh menit)
- sisdiknas (sistem
pendidikan nasional)
- sekwilda (sekretaris wilayah daerah)
b.
Abreviasi; pemendekan dengan
mengambil huruf pertama setiap kata asalnya.
- ABG (Anak Baru Gede; atas Bawah Gede)
- PGTK (Pendidikan Guru Taman Kanak-Kanak)
- PGSD (Pendidikan Guru Sekolah Dasar)
- BLK (Balai Latihan Kerja)
c. Abreviakronim;
gabungan dari abreviasi dan akronim.
- AKABRI
- PEMILU
d.
Kontraksi; pemendekan dengan pengerutan
bentuk.
- tidak – tak
- saya pergi – sapi (dalam kebiasan bahasa masyarakat Nusa Tenggara).
e.
Kliping; pemendekan dengan mengambil sebagian untuk
mewakili seluruh.
- influensa – flu
- dokter –dok
- profesor – prof

4.3 Rangkuman
Morf merupakan wujud nyata suatu
morfem. Morfem merupakan satuan terkecil yang tidak bisa dibagi lagi ke dalam
unsur yang lebih kecil lagi, sedangkan kata adalah satuan gramatik terkecil
yang telah memiliki makna.
Kata dapat diklasifikasikan berdasarkan kriteria tertentu.
Kata dalam bahasa Indonesia dapat dibentuk melalui
proses morfologis yang meliputi afiksasi, reduplikasi, dan komposisi. Perubahan
bunyi akibat proses morfologis diatur dalam kaidah morfofonemis. Selain itu,
kata juga dapat dibentuk melalui proses non proses morfologis, yaitu akronim,
abreviasi, abreviakronim, kontraksi, kliping.
4.4
Soal
Latihan

Perintah: Jawablah dengan singkat dan jelas!
Soal:
1.
Jelaskan
perbedaan morf, morfem, dan kata! Berilah masing-masing
empat contoh!
2.
“Seekor bangau terbang rendah,
lalu hinggap tepat di depan pimtu.”
Terdiri atas berapa kata dan morfemkah kalimat
tersebut?
3. Berikan lima buah contoh kata dalam bahasa
Indonesia yang menyu\impang daru kaidah morfofonemis!
4.
Mengapa
bentuk mengata-ngatakan dan mengata-ngatai dikelompokkan dalam jenis
pengulangan yang berbeda? Jelaskan!
5.
Jelaskan
perbedaan pengulangan sebagian dengan pengulangan berkombinasi dengan afiks! Berikan contoh!
6.
Dapatkah kata lelaki, lelakon,
reranting, pepohon diklasifikasikan sebagai hasil pengulangan? Mengapa?
Jelaskan!
7.
Mengapa bentuk kumis kucing,
mata sapi, tangan kanan dapat termasuk kata majemuk tetapi juga dapat menjadi
bukan kata majemuk? Berikan contoh kalimat yang membedakannya sebagai kata
majemuk dan bukan kata majemuk!
Terima kasih sudah berbagi ilmu. Terbantu sekali dengan tulisan ini.
BalasHapuspermisi boleh nanya gak? ini sumber tertulis nya dari siapa ya? makasih :)
BalasHapusBisa diperjelas simulfiksnya?
BalasHapus