BAB V
TATA KALIMAT BAHASA INDONESIA
5.1
Tujuan

Setelah mempelajari bab ini diharapkan mahasiswa
dapat:
1. menjelaskan pengertian frase
2. mengklasifikasikan macam-macam frase
dalam bahasa Indonesia
3. menjelaskan pengertian klausa
4. mengidentifikasi macam-macam klausa
dalam bahasa Indonsia
5.
menjelaskan pengertian kalimat
6.
mengidentifikasi pola dasar
kalimat bahasa Indonesia
7. mengklasifikasikan jenis-jenis kalimat
dalam bahasa Indonesia
8. menganalisis hubungan antarklausa dalam
dalam majemuk
5.2
Materi
Sebelum kita bahas lebih lanjut materi kalimat bahasa Indonesaia, marilah kita simak
penggalan cerita rakyat berikut.
CALON
ARANG
Di kerajaan Daha, pada masa pemerintahan
raja Erlangga yang arif dan bijaksana, hiduplah seorang janda yang sangat
bengis. Siapakah janda
itu? Janda itu bernama Calon Arang. Ia
tinggal di desa Girah. Calon Arang adalah penganut aliran hitam, kepercayaan
sesat yang selalu mengumbar kejahatan memakai ilmu gaib. Ia mempunyai seorang
puteri bernama Ratna Manggali. Berbeda dengan ibunya, Ratna Manggali adalah
seorang gadis yang baik hati dan suka menolong.
Karena puterinya sudah cukup dewasa dan Calon Arang tidak ingin anak
gadisnya menjadi perawan tua, ia pun berusaha agar Ratna Manggali segera
mendapatkan jodohnya dan menikah.
Tetapi
karena sifatnya yang bengis, Calon Arang tidak disukai oleh seluruh penduduk
desa Girah. Tak seorang pemuda pun yang berani memperistri Ratna Manggali,
puterinya. Hal ini membuat marah Calon Arang. Ia berniat untuk menghukum warga
desa Girah. “Kerahkan anak buahmu! Cari seorang perawan hari ini juga! Sebelum
matahari tenggelam perawan itu harus dibawa ke Candi Durga! Perintah Calon
Arang kepada Krakah, seorang anak buahnya. Krakah segera mengerahkan
cantrik-cantrik Calon Arang untuk mencari seorang perawan. Suatu pekerjaan yang tidak terlalu sulit
agi para cantrik Calon Arang.
Sebelum matahari
terbit, perawan yang malang itu sudah dibawa ke Candi Durga. Ia meronta-ronta ketakutan. ”Lepaskan aku!
Lepaskan aku!” teriaknya. Lama-kelamaan perawan itu pun lelah dan jatuh pingsan.
Ia kemudian dibaringkan di altar persembahan. Ketika tepat tengah malam yang
gelap gulita, Calon Arang mengorbankan perawan yang tak berdosa itu untuk
dipersembahkan kepada Betari Durga, dewi angkara murka. Setelah membakar dupa,
Calon Arang mengucap mantra lalu menikam jantung perawan itu hingga tewas.
Calon Arang, si penganut aliran kegelapan itu benar-benar sangat kejam dan
bengis.
(dikutip
dari Buku Cerita Asli Indonesia, ditulis oleh Citra, PT Elex Media Komputindo)
Dalam cerita rakyat di atas, kita dapat menemukan berbagai bentuk pemakaian
kalimat. Kalau dicermati, setiap kalimat
dibangun oleh unsur-unsur yang lebih kecil, yaitu kata-kata yang ditata menurut
aturan tertentu sehingga menjadi kalimat yang berterima. Kita simak kalimat berikut.
(1) Di kerajaan Daha, pada
masa pemerintahan raja Erlangga yang arif dan bijaksana, hiduplah seorang janda
yang sangat bengis.
(2) Siapakah janda itu?
Apabila dibandingkan, kedua kalimat di atas memiliki struktur yang sangat
berbeda. Kalimat (1) merupakan kalimat yang panjang,
sedangkan kalimat (2) memiliki struktur yang pendek. Namun demikian, terdapat
persamaan antara kedua kalimat tersebut. Masing-masing dibangun oleh sejumlah
kata.
Dalam studi sintaksis, yang menjadikan kalimat sebagai salah atu ojek
kajiannya. Kata dibicarakan sebagai satuan terkecil dalam sintaksis, yaitu
dalam hubungannya dengan unsur-unsur pembentuk satuan sintaksis yang lebih
besar, yaitu frase, klausa, dan kalimat. Sebagai satuan terkecil dalam
sintaksis, kata berperan sebagai pengisi fungsi sintaksis, sebagai penanda kategori sintaksis, dan
sebagai perangkai dalam penyatuan satuan-satuan atau bagian-bagian dari satuan
sintaksis.
a. Kata penuh (fullword/contentword)
Kata penuh (fullword)
adalah kata yang secara leksikal memilki makna, mempunyai kemungkinan untuk
mengalami proses morfologi, merupakan kelas terbuka, dan dapat berdiri
sendiri sebagai sebuah satuan tuturan. Yang termasuk kata penuh :
- nomina : manusia, kemanusiaan, pelarian,
kecantikan
- verba
: lari, kehujanan
- ajektiva : cantik, cerdas
- numeralia: dua, banyak, beberapa.
b. Kata tugas (function
word)
Kata tugas (function word) adalah kata yang secara
leksikal tidak mempunyai makna, tidak mengalami proses morfologi, merupakan
kata tertutup, dan tidak dapat berdiri sendiri dalam tuturan. Yang termasuk kata tugas:
- preposisi
: di, ke, dari, pada, kepada, untuk, dan lain-lain.
- konjungsi : dan, atau, jika, walaupun,dan
lain-lain.
Pada
kedua kalimat di atas yang dapat diklasifikasikan dalam kata penuh misalnya kata kerajaan, pemerintahan, raja,
arif, bijaksana, bengis, dan janda. Sedangkan yang termasuk kata tugas yaitu
kata di, dan, pada, dan yang.
Berikut akan disajikan materi yang
berkaitan dengan Tata Kalimat bahasa Indonesia yang mencakup frase, klausa, dan
kalimat.
A.
Frase
1. Konsep Dasar Frase
Marilah kita simak pandangan beberapa pakar
tentang pengertian frase.
a. Frase adalah gabungan dua kata atau lebih yang
sifatnya tidak predikatif; gabungan itu dapat rapat, dapat renggang
(Kridalaksana, 1984:53).
b. Frase adalah satuan gramatik yang berupa
gabungan kata yang bersifat nonpredikatif atau lazim disebut gabungan kata yang
mengisi salah satu fungsi sintaksis di dalam kalimat (Chaer, 1994:222).
c. Frase ialah satuan gramatik yang terdiri dari
dua kata atau lebih yang tidak melampaui batas fungsi (Ramelan, 1986:142).
Dari beberapa pandangan di
atas, kita dapat melihat adanya kesamaan.
Pertama, sebuah frase terdiri atas dua kata atau lebih dan kedua, sebuah
frase tidak bersifat predikatif atau melampaui satu batas fungsi.
Dalam contoh kalimat (1)
di atas, kita dapat menemukan frase-frase yang membangun kalimat tersebut.
Misalnya:
(3) di kerajaan Daha
(4) pada
masa pemerintahan raja Erlangga yang arif dan bijaksana
(5) seorang janda yang sangat bengis
(6) janda itu
Kalau kita cermati keempat frase di atas, masing-masing terdiri atas dua
kata atau lebih, dan setiap frase tidak predikatif, artinya tidak memunculkan
fungsi predikat dalam konstruksi frase itu.
Frase (3) dan (4) dapat menduduki fungsi Keterangan, sedangan frase (5)
dan (6) dapat berpotensi menduduki fungsi Subjek atau Objek dalam kalimat.
Dengan demikian kita dapat
menarik suatu simpulan bahwa frase adalah satuan gramatik yang terdiri atas dua
kata atau lebih dan tidak bersifat predikatif dalam suatu kalimat.
2. Jenis Frase
Jenis frase dapat
dipaparkan sebagai berikut.
a. Frase Endosentrik & Frase Eksosentrik
(berdasarkan distribusi unsurnya)
1) Frase Endosentrik (FEnd.)
Frase
endosentrik dapat diartikan sebagai frase yang mempunyai distribusi yang sama
dengan unsurnya, baik semua unsurnya maupun salah satu dari unsurnya (Ramlan, 1986:146) atau frase yang keseluruhannya mempunyai perilaku
sintaksis yang sama dengan salah satu konstituennya (Kridalaksana, 1984:54).
Jenis frase endosentrik dibedakan atas:
a) FEnd. Atributif, yaitu frase yang salah satu
unsurnya menjadi penjelas unsur yang lain. Misalnya:
-
buku baru
- orang itu
- sedang belajar
Pada
frase buku baru, kata baru menerangkan kata buku; pada orang itu, itu
menerangkan kata orang, dan pada sedang belajar, kata sedang menerangkan belajar.
b) FEnd. Koordinatif, yaitu
frase yang salah satu tidak menerangkan unsur yang lain tetapi memiliki
kedudukan yang setara atau berimbang. Biasanya ditandai dengan kata dan atau
atau. Misalnya pada frase berikut.
- rumah pekarangan
-
suami isteri
- pembinaan dan pengembangan
-
belajar atau bekerja
c) FEnd.
Apositif, yaitu frase yang salah satu unsur dapat menggantikan unsur yang lain.
Kedua unsur itu dapat saling menggantikan karena memiliki referen/acuan yang
sama. Misalnya:
- Calon Arang, janda bengis itu
-
Yogya, kota pelajar
- Bali, pulau dewata
-
Imam Utomo, gubernur Jatim
2) Frase
Eksosentrik
Frase
eksosentrik yaitu frase yang tidak
mempunyai distribusi yang sama dengan semua unsurnya (Ramlan, 1986:146) atau
frase yang keseluruhannya tidak mempunyai perilaku sintaktis yang sama dengan
salah satu konstituennya (Kridalaksana, 1984:54).
Misalnya:
- dari Malang
- untuk temanku
b. Frase Nomina (FN), Frase Verba (FV), Frase Ajektiva (FA), Frse Numeralia (FNum.), Frase Preposisi
(FPrep.) (berdasarkan kategori kata yang menjadi inti
frase)
1) Frase Nomina
Secara semantis, nomina diartikan sebagai kata
yang mengacu pada manusia, binatang, benda, dan konsep atau pengertian. Secara
sintaktis, nomina memiliki perilaku sebagai berikut. (1) dalam kalimat yang
berpredikat verba, nomina cenderung menduduki fungsi subjek, objek, atau
pelengkap, (2) Nomina tidak dapat dijadikan bentuk ingkar
dengan tidak. Kata pengingkarnya ialah bukan, (3) Nomina lazimnya dapat
diikuti oleh ajektiva, (4) Nomina dapat diikuti kata ganti penunjuk itu dan ini. Secara Morfologis, nomina dapat berupa (1) bentuk dasar;
misalnya nomina umum: manusia, hewan, tumbuhan dan nomina khusus: bawah,
Madura, sini, Selasa, Farida dan (2) Nomina turunan yang ditandai dengan afiks:
ke-, ke-an, peN-, peN-an, -an, per-an, -el, -er, -em, -wan, -wati.
2) Konstruksi Frase Nomina
N1 + N2
a) N2 penjelas macam atau nama:
- air hujan
- anak laki-laki
- angin malam
- senapan mesin
b) N2 keterangan milik
atau asal
- sinar lampu
- tangan manusia
- atap rumah
- bau bensin
c) N2 keterangan tempat
atau asal
- angin pantai
- orang dusun
- keripik Sumenep
- patung Bali
d) N2 keterangan hal
mengenai apa pokok
- ilmu bahasa
- migrasi penduduk
- ahli ekonomi
- sarjana bahasa
e) N2 penjelas untuk
siapa pokok
- gaji guru
- pakaian anak
- majalah wanita
- uang belanja
f) N2 penjelas bahan dari apa
pokok
- soto babat
- almari kayu
- gelang emas
- atap ijuk
g) N2 penjelas alat penggerak
- kincir angin
- motor disel
- kapal layar
- perahu motor
h) N2 penjelas untuk
menerangkan persamaan bentuk, warna atau salah satu sifat yang terkandung dalam
nomina penjelas
- perahu lesung
- pisang susu
- kelapa gading
N1 + (N2 + N3)
- masyarakat bahasa
daerah
- sinar lampu minyak
- ikan laut Jawa
(N1 + N2) + N3
- senapan mesin Jepang
- pakaian malam
anak-anak
- tempat air plastik
N1 + ((N2 + (N3 + N4))
- pola tingkah laku
orang Jawa
- selera anggota
masyarakat pedesaan
- daftar harga kebutuhan pokok
(N1 + ((N2 + N3)) + N4
- lampu minyak tanah
nenek
- ahli industri
pertanian Indonesia
- kompor gas alam Maspion
((N1 + N2) + (N3 + N4))
- masalah sosial
penduduk pinggiran
- lubang kepundan Gunung
Merapi
- tanda anggota tentara pelajar
N1 + ((N2 + N3) + N4)
- buku rencana induk
proyek
- karcis kereta api malam
- harga tempat air plastik
((N1 + N2) + N3) + N4
- tusuk konde emas kakak
- kantor pos cabang
Surabaya
- jam tangan wanita adik
N + V
a) V penjelas kegiatan pokok
- guru mengaji
- teman berjuang
- prajurit tempur
- tukang cukur
b) V penjelas untuk kegiatan apa pokok
- sabun mandi
- waktu berpikir
- sepeda balap
-
kereta angkut
c) V penjelas kegiatan apa yang dilakukan orang pada
tempat yang dinyatakan oleh pokok
-
jalur menyeberang
-
tempat bermain
-
lokasi parkir
d) V penjelas keadaan pokok yang dikenai kegiatan yang
dinyatakan olehnya
- batu bertulis
- kertas bergaris
- ayam panggang
- batik cetak
N + A
- kitab suci
- jalan sesat
- orang dalam
- masa gembira
2) Frase Verba
Secara semantis, verba bermakna dasar perbuatan
(aktivitas/aksi), proses, atau keadaan. Secara sintaktis, verba berfungsi utama
sebagai predikat atau inti predikat Secara Morfologis, verba dapat berupa (1)
bentuk dasar; misalnya makan, minum, lari, tidur dan (2) verba turunan dengan pola pembentukan
sebagai berikut.
- dasar bebas, afiks wajib : mendarat, melebar
- dasar bebas, afiks manasuka: (mem)baca,
(mem)minum, (be)kerja
- dasar terikat, afiks wajib: bertemu,
mengungsi, berjuang
Afiks pembentuk Verba: meN-, meN-i, MeN-kan, memper-,
memper-kan, memper-i, member-kan, di-, di-i, di-kan, diper-, diper-kan,
diper-i, diber-kan, ter-, ter-i, ter-kan, ke-an , ber-
- reduplikasi: berjalan-jalan, memukul-mukul
- majemuk: cuci muka, mempertanggungjawabkan
a) Jenis Frase Verbal
(berdasarkan perilaku sintaktisnya)
(1)
Transitif
Verba transitif adalah verba yang memerlukan
nomina sebagai objek dalam kalimat aktif, dan objek itu dapat berfungsi sebagai
subjek dalam kalimat pasif.
Contoh:
(a) Ekatransitif
- Mereka sedang
menyusun suatu rencana.
- Para mahasiswa telah mengerjakan PR.
(b) Dwitransitif
- Mereka sudah membantu saya dalam banyak hal.
- Kakak telah
menamai bayi itu Saras.
(2) Transitif-Taktransitif
- Sekelompok gadis itu sedang makan.
- Mereka sedang minum.
(3) Verba Semitransitif dan
Taktransitif
- Bajunya berwarna kuning keemasan.
- Kekayaannya bernilai ratusan miliar.
- Dia sudah mulai bekerja.
- Anak itu kedapatan merokok.
- Bibit kelapa itu sudah tumbuh.
(4) Verba Berpreposisi
- Kami belum tahu tentang hal itu.
- Orang itu selalu terkenang pada putranya.
- Mereka sedang berdiskusi tentang keadaan
Indonesia.
3) Frase Ajektiva (FA)
Frase ajektiva merupakan
frase yang intinya terdiri atas ajektiva.
Secara morfologis, ajektiva dapat berupa bentuk dasar dan turunan yang
ditandai dengan sufiks –i, -iah, - wi, -if, -is, dan lain-lain. Misalnya kata
alami, ilmiah, duniawi, agresif, agamis. Ajektiva juga dapat berupa hasil
pengulangan dan pemajemukan.
Misalnya kecil-kecil,
besar-besaran, aman sejahtera, adil makmur.
Dilihat dari perilaku
sintaktisnya, dalam konstruksi frase ajektifa dapat didahului oleh adverbia
sangat, paling atau disertai oleh sekali. Misalnya sangat pandai, paling
cantik, dan cerdas sekali. Dalam kalimat, frase ajektiva memilik potensi menduduki fungsi predikat dan
pelengkap.
Dilihat dari semantisnya,
ajektiva sering diartikan sebagai kata yang menjelaskan kata benda atau menjadi
atribut kata benda. Ajektiva dibedakan atas ajektiva yang menyatakan kualitas
dan perbandingan. Misalnya sangat subur, paling pandai, ... seindah..., ...
sebaik ....
Contoh frase ajektiva berdasarkan penggalan cerita rakyat di atas adalah
sebagai berikut.
- arif dan bijaksana
- sangat bengis
- baik hati dan suka menolong
- perawan malang
- malam gelap gulita
- sangat kejam dan bengis
B. Klausa
1. Konsep Dasar
Klausa adalah satuan gramatikal berupa kelompok
kata yang sekurang-kurangnya terdiri atas subjek dan predikat, dan mempunyai
potensi untuk menjadi kalimat (Kridalaksana, 1984: 100).
Klausa adalah satuan gramatik yang terdiri dari S
P baik disertai O, PEL, dan KET ataupun tidak. Klausa adalah S P (O) (Pel) (K)
(Ramlan, 1987: 89).
Misalnya:
- Dokter spesialis jiwa yang
juga mendalami akupuntur dan hipnotis itu mengemukakan kasus perokok yang ingin
berhenti merokok.
(Kalimat tersebut terdiri atas tiga klausa).
-
Ketika
krisis ekonomi melanda Indonesia dan kawasan asia , harga sembako mencekik
leher dan meresahkan seluruh lapisan masyarakat, sehingga mahasiswa menggelar
demonstrasi memprotes kebijakan pemerintah.
(Kalimat tersebut terdiri atas
lima klausa).
Coba diskusikan dengan teman-teman Saudara
klausa-klausa yang terdapat dalam kalimat di atas!
2. Jenis Klausa
a. Berdasarkan Unsur Internnya
1) Klausa
lengkap: klausa yang mengandung unsur S P.
Misalnya:
- teman
sudah mendapat pengangkatan PNS bulan lalu
- anak
itu sangat cerdas
2) Klausa tak lengkap : klausa
yang hanya mengandung P baik diikuti O, Pel, K atau tidak.
Misalnya:
- membantah dirinya terlibat
- belajar menyanyi di teras belakang
b. Berdasarkan ada tidaknya kata negatif yang
secara gramatik menegatifkan atau
Mengingkarkan P.
Kata negatif itu ialah tidak, tak, tiada, bukan,
belum, dan jangan.
1) Klausa positif: klausa yang tidak memiliki
kata negatif yang menegatifkan atau mengingkarkan P.
Misalnya:
- mereka diliputi oleh perasaan senang
- ia teman akrab saya
2) Klausa negatif: klausa yang memiliki kata-kata
negatif yang secara gramatik menegatifkan P.
Misalnya:
- mereka tidak malas
- orang tuanya tidak di rumah
- gadis itu bukan pacar saya
c. Berdasarkan Kategori kata atau
frasa yang menduduki fungsi P
1) Klausa Nominal
- mereka itu karyawan suatu
perusahaan swasta di Surabaya
- yang dibeli orang itu sepeda
2) Klausa Verbal (KV)
a) KV Intransitif
- anak-anak sedang
bermain-main di teras belakang
- burung-burung beterbangan di
atas permukaan air
b) KV aktif
- petani mengerjakan sawahnya
dengan tekun
- Ahmad sedangmembaca novel
- orang itu berdagang hasil pertanian
- petani itu menjual hasil kebunnya
- rakyat kecil hanya bisa mengeluh
- paman membelikan adik boneka yang lucu
c) KV pasif
- mereka telah dipilih oleh rakyat untuk memimpin
negeri ini
- persatuan ini harus terus kita pelihara
- para wisatawan akan terpikat oleh keindahan alam
Indonesia
- gunung itu terletak di pedalaman Kalimantan
- rumah angker itu kelihatan dari sini
d) KV Refleksif
- para turis itu sedang menghitamkan diri
- para mahasiswa sedang mempersiapkan diri
mengikuti ujian
- tiba-tiba saja orang tua itu mengasingkan diri
e) KV Resiprokal
- kedua petinju itu saling memukul sampai kehabisan tenaga
- tanpa sadar mereka saling bertatapan
3) Klausa Ajektival
- harga buku yang menghebohkan itu sangat mahal
- akhir-akhir ini udaranya panas sekali
- mereka benar-benar anak yang jenius
4) Klausa Numeralia
- roda truk itu enam
- anaknya hanya dua
- rumah orang kaya itu sangat banyak
5) Klausa
Preposisi
- beras itu dari Delanggu
- orang tuanya di rumah saja
- sudah beberapa hari mereka di pulau terpencil
itu
3. Analisis Klausa
Analisis terhadap suatu
klausa dapat dilakukan berdasarkan tiga hal, yaitu fungsi, kategori, dan peran.
a. Analisis Fungsi
Analisis Fungsi merupakan analisis terhadap
unsur-unsur yang mengisi struktur sintaksis (jabatan) dalam kalimat.
1) Subjek (S)
Ciri Subjek:
- merupakan pokok (sesuatu yang dibicarakan dalam kalimat)
- jawaban dari pertanyaan apa atau siapa
- berkategori Nomina
- dapat diikuti itu, ini, yang
- pada kalimat dasar berada di awal/depan
2) Predikat
(P)
Ciri Predikat:
- merupakan sebutan (penjelas subjek)
- jawaban dari pertanyaan sedang apa, mengapa,
bagaimana. diapakan
- berkategori Nomina, Verba, Ajektiva, Numeralia,
Frasa Preposisional
- pada kalimat dasar berada di belakang Subjek
3) Objek
(O)
- berkategori Nomina
- berada langsung di belakang verba transitif
aktif tanpa preposisi
- dapat menjadi subjek dalam kalimat pasif
- dapat diganti dengan –nya
4) Pelengkap (Pel.)
-
berkategori Nomina, Verba, ajektiva
- berada di
belakang verba semitransitif atau dwitransitif
- dapat didahului preposisi
- tidak dapat diubah menjadi subjek dalam kalimat
pasif
5) Keterangan (K)
- memiliki mobilitas paling tinggi
- berkategori Nomina dan
Frasa Preposisional
-
bukan bagian inti kalimat
- didahului oleh preposisi: di, ke, dari, pada (K. tempat); pada,
dalam, se- sebelum, sesudah, selama, sepanjang (K. waktu); dengan (K. alat); agar/supaya, untuk, bagi, demi (K. tujuan); dengan,
secara, dengan cara, dengan jalan (K. cara); dengan, bersama, beserta (K. penyerta); seperti, bagaikan, laksana (K. perbandingan/kemiripan/similatif); karena, sebab (K.sebab)
b. Analisis Kategori
Analisis
kategori merupakan analisis terhadap setiap unsur/kata yang mengisi fungsi
kalimat. Kategori tersebut meliputi:
- nomina (N)
- verba (V)
- ajektifa (A)
- numeralia (Num.)
|
- preposisi (Prep.)
- adverbia (Adv.)
- pronomina (Pron.)
- konjungsi (Konj.)
|
c. Analisis Peran
Analisis peran merupakan analisis terhadap makna yang terkandung
pada konstituen pengisi fungsi dalam kalimat. Macam-macam peran:
1) Pengisi Predikat
a) perbuatan
- adik saya sedang belajar
- mereka telah mengerjakan
beberapa soal
b) keadaan
- rambutnya hitam dan lebat
- rumahnya sangat
bersih dan asri
c) keberadaan
- para tamu berada di ruang depan
- orang tua anak itu tinggal di luar negeri
- mereka telah bermukim di pinggiran kota
- nelayan itu bertempat tinggal di pantai
d) pengenal
- orang itu pegawai kedutaan
- orang itu bekas pacar saya
- gedung itu gedung
kedutaan
e) jumlah
- kaki meja itu empat
- rumah orang kaya itu sangat banyak
f) pemerolehan
- Ahmad mendapat
hadiah
- mereka memiliki
benda antik
- penelepon itu memperoleh hadiah tiga juta
2) Pengisi Subjek
a) pelaku
- adik saya
akan berangkat ke Jepang
- mereka
telah menyelesaikan pekerjaannya
b) alat
- truk-truk
itu mengangkut gula
- perahu-perahu
menyeberangkan orang yang akan melewati sungai itu
c) sebab
- banjir
besar menghancurkan kota itu
- peperangan
itu menimbulkan kemiskinan
d) penderita
- mereka
dibantai dengan sadis
-tubuh
anakku diletakkannya di
atas meja
e) hasil
- rumah-rumah
murah banyak didirikan pemerintah
- novel itu
dikarang oleh seorang pengarang muda
f) tempat
- kebunnya
ditanami pohon mangga
- rumahnya
dihiasi dengan lukisan
g) penerima
- anak itu
dibelikan sepeda baru oleh ayahnya
- ia
sering dikirimi surat oleh temannya
h) pengalam
- rambutnya
hitam dan lebat
- lukanya
membusuk
i) dikenal
- orang itu
pegawai kedutaan
- gedung itu
gedung sekolah
j) terjumlah
- kaki meja
itu empat
- rumahnya sangat
banyak
3) Pengisi Objek
a) penderita
- anak itu memukuli ular itu dengan bambu
- mereka telah menyembelih kambing untuk hajat mereka
b) penerima
- ahmad membelikan anaknya buku baru
- murid itu sedang mengambilkan gurunya kapur
c) tempat
- banyak turis mnegunjungi candi Borobudur
- petani itu menanami tegalnya dengan ubi-ubian
d) alat
- polisi menembakkan pistolnya ke arah penjahat
- anak-anak melemparkan batu-batu kecil ke orang gila itu
e) hasil
- penulis itu sedang mengarang buku pelajaran kesusasteraan Indonesia
- pemerintah membuat jalan-jalan baru
4) Makna Unsur Pengisi 02
a) penderita
- Ahmad membelikan anaknya buku baru
- pedagang kaya itu memberi cucunya uang 20
juta rupiah
b) hasil
- Ahmad mengetikkan adiknya surat
- kakak membuatkan ibu kebaya
5) Makna Unsur Pengisi Pelengkap
a) penderita
- banyak mahasiswa belajar bahasa Perancis
- setiap hari perempuan itu berjualan pisang
b) alat
- para pejuang bersenjatakan bambu runcing
- pekarangan di desa masih berpagarkan tumbuh-tumbuhan
6) Pengisi Keterangan
a) tempat
- Rene
berbicara dengan temannya di kebun
- aku hendak kembali ke teras kafe
b) waktu
- bapak kepala sekolah pergi ke jakarta kemarin
- seorang wisatawan akan datang besok pagi
c) cara
- pencopet itu lari dengan cepat
- orang tua itu berjalan pelan-pelan
d) penerima
- ia berkirim surat kepada temannya yang tinggal di luar negeri
- ia memberitahukan masalah itu kepada orang tuanya
e) peserta
- anak itu akan pergi ke Bali bersama
teman-temannya
- Jaksa Agung pergi ke Amerika beserta keluarganya
f) alat
- orang itu memotong rumput dengan mesin pemotong rumput
- seorang pekerja menarik gerobak dengan tambak
g) sebab
- orang tua itu tidak bisa berjalan karena kakinya sakit
- orang itu menjadi gila karena tekanan hidup
h) pelaku
- buku pengarang terkenal itu
dicetak ulang oleh penerbit yang sama
- murid itu telah berkali-kali diperingatkan oleh gurunya
i) keseringan
- pemain itu memasukkan bola ke gawang lawan tiga kali
- berkali-kali
Rene menawari aku secangkir kopi
j) perbandingan
- Ahmad sangat pandai seperti kakaknya
- rumah itu sangat besar dan indah bagai istana
k) perkecualian
- anak-anak boleh masuk kecuali saya
- semua sudah berangkat kecuali Ali
Sebagai catatan, Saudara perlu mengingat-ingat
istilah-istilah berikut.
1. pelaku (agentif) : oleh
2. penderita (datif)
3. hasil (faktitif)
4. penyebab (ergatif/kausatif)
5. alat (instrumental) : dengan
6. tempat (lokatif): di, ke, dari
7. penerima (benefaktif) : untuk, buat, demi
8. penyerta (komitatif) : dengan, bersama, beserta
9. netral (objektif)
10. pengalam (experiencer)
C.
Kalimat
1. Konsep Dasar
Kalimat adalah konstruksi gramatikal yang terdiri
atas satu klausa atau lebih yang ditata menurut pola tertentu dan dapat berdiri
sendiri sebagai satu satuan. Kalimat dapat juga
diartikan sebagai satuan bahasa terkecil dapat berwujud lisan atau tulisan yang
mengungkapkan pikiran secara utuh. Alwi,
dkk (2000:311) mengartikan kalimat adalah bagian terkecil ujaran atau teks
(wacana) yang mengungkapkan pikiran yang utuh secara ketatabahasaan. Dalam wujud lisan kalimat diiringi alunan
titinada, disela oleh jeda, diakhiri oleh intonasi selesai. Dalam wujud tulisan
berhuruf Latin, kalimat dimulai dengan huruf kapital dan diakhiri dengan tanda
titik, tanda tanya, dan tanda seru.
Bagian-bagian
kalimat dibedakan atas bagian inti yaitu bagian kalimat yang tidak dapat
dihilangkan dan bagian bukan inti yaitu
bagian kalimat yang dapat dihilangkan. Misalnya:
(1) Kami mendatangi pertemuan itu kemarin sore.
Bagian intinya: Kami mendatangi pertemuan itu.
Bagian bukan inti: kemarin sore.
Bagian inti dapat dibedakan atas pusat dan
pendamping. Pusat adalah kontituen yang seoleh-oleh menentukan kehadiran
kontituen lain mana yang boleh atau harus muncul dalam kalimat tersebut.
Sedangkan pendamping adalah kontituen lain yang wajib hadir karena keberadaan
pusat.
Misalnya:
(2) Dia tidur. (pusat: tidur; pendamping: dia)
(3) Orang tua itu meratapi kematian cucunya. (pusat:
meratapi; pendamping: orang tua itu, kematian cucunya)
(4) Ayah membeli baju baru. (pusat: membeli; pendamping:
ayah, baju baru)
(5) Ayah membelikan adik baju baru. (pusat: membelikan; pendamping: ayah,
adik, baju baru).
2. Jenis Kalimat
Kalimat dapat diklasifikasikan berdasarkan bentuk
dan makna. Menurut bentuknya kalimat dibedakan kalimat tunggal dan kalimat
majemuk. Berdasarkan macam predikatnya kalimat tunggal dibagi menjadi kalimat
yang berpredikat (1) nomina atau frasa nomina, (2) ajektiva atau frasa ajektiva
, (3) verba atau frasa verba, (4) kategori lain. Kalimat majemuk dapat
dibedakan kalimat majemuk setara dan kalimat majemuk bertingkat.
Dari segi maknanya, kalimat dibagi menjadi kalimat
(1) berita (deklaratif), (2) perintah (imperatif), (3) tanya (interogatif), (4)
seru (eksklamatif), dan (5) emfatik.
1. Kalimat Tunggal
a. Berpredikat Nomina (kalimat persamaan atau ekuatif)
(6) Dia guru saya.
(7) Orang itulah pencurinya.
(8) Itu adalah masalah keluarga mereka sendiri.
b. Kalimat berpredikat Ajektiva (kalimat statif)
(9) Pernyataan orang itu benar.
(10) Ayahnya sakit.
(11) Pernyataan Ketua gabungan Koperasi itu adalah
tidak benar.
(12) Dia berani melawan gurunya.
c. Kalimat berpredikat Verba
1) Kalimat Taktransitif / Intransitif
(13) Bu Lurah sedang berbelanja.
(14) Pak Halim belum datang.
(15) Pipinya memerah.
2) Kalimat Ekatransitif / Monotransitif
(16) Pemerintah akan memasok semua kebutuhan
lebaran.
(17) Nilai Ebtanas Murni menentukan nasib siswa.
3) Kalimat Dwitransitif / Bitransitif
(18) Ida sedang mencarikan adiknya pekerjaan.
(19) Saya harus membelikan anak saya hadiah ulang
tahun.
4) Kalimat Semitransitif
(20) Botol itu berisi air putih.
(21) Kebijakan Pemerintah itu merupakan langkah
penting.
(22) Tarmin kejatuhan kelapa.
(23) Mereka kemarin kehujanan salju.
(24) Perbuatan itu ketahuan ayahnya.
5) Kalimat Pasif
(25) Bukunya diambil adik. (‘dikenai perbuatan)
(26) Bukunya terbawa teman. (‘ketidaksengajaan’)
(27) Rumahnya kelihatan dari sini. (‘dapat di-‘)
Suaranya kedengaran dari sini.
(28) Mereka kedinginan di kaki bukit.
(‘adversatif/tidak menyenangkan’)
(29) Gunung Semeru terletak di Jawa Timur.
(‘kekodratan’)
3. Pola Dasar Kalimat
Struktur kalimat bahasa Indonesia dapat dilihat
dari kategori kata yang menduduki subjek dan predikatnya atau dilihat dari
struktur fungsinya. Berdasarkan kategori
katanya, pola kalimat dasar bahasa Indonesia dibedakan atas:
1. FN + FN: Adik saya seorang dokter
2. FN + FV: Ikan itu sedang menari.
3. FN + FA: Boneka itu sangat lucu.
4. FN + FNum.: Mainannya sangat banyak.
5.
FN + FPrep.: Anak kecil itu ke sekolah.
Berdasarkan struktur fungsinya, kalimat bahasa Indonesia dibedakan atas:
1. S – P: Adik menangis.
2.
S – P
– O: Adik menangisi bonekanya yang hilang.
3. S – P – Pel: Anak kecil itu sedang belajar
berjalan.
4.
S – P – O – Pel: Bapak
membelikan adik mobil-mobilan.
5.
S – P – K: Adik tidur di kamar.
6.
S – P – O – K: Adik memukul
anjing itu dengan tongkat.
7. S – P – Pel – K: Adik belajar menari
di teras depan.
8. S – P – O – Pel – K: Ibu menjahitkan adik
baju baru kemarin.
Coba berikan contoh lain untuk masing-masing pola
di atas berdasarkan pemakaian kalimat yang ada di media massa!
4. Hubungan Antarklausa dalam Kalimat Majemuk
Hubungan antarklausa dalam kalimat dipilah menjadi
dua, yaitu (1) hubungan koordinasi dan (2) hubungan subordinasi. Masing-masing
akan dipaparkan dalam uraian berikut.
4.1 Hubungan Koordinasi
1. Pengertian
Hubungan koordinasi yaitu
hubungan yang menggabungkan dua klausa atau lebih yang masing-masing mempunyai
kedudukan setara dalam struktur konstituen kalmat. Hubungan antara
klausa-klausanya tidak menyangkut satuan yang membentuk hierarkhi karena klausa
yang satu bukanlah konstituen dari klausa yang lain. Hubungan koorinasi dapat
dibagankan sebagai berikut.
KALIMAT
![]() |
KLAUSA Konjungtor KLAUSA
Misalnya pada kalimat berikut.
Pengurus Dharma Wanita mengunjungi panti asuhan dan mereka memberi
penghuninya hadiah.

![]() |

![]() |
|||
![]() |
S P O
S P O Pel
2. Ciri Sintaksis
Hubungan koordinatif memiliki
ciri sintaksis sebagai berikut.
- Hubungan koordinasi menggabungkan dua klausa atau lebih. Misalnya:
-
saya
mengetahui kedatangannya, tetapi tidak mengetahui tujuan dan maksud
kedatangannya.
- Pada umumnya, posisi klausa yang diawali oleh konjungtor dan, atau, dan tetapi tidak dapat diubah. Misalnya:
-
Saudara
harus meminjam uang dari bank atau menjual rumah Saudara.
- Urutan klausa yang tetap dalam hubungan koordinasi berhubungan erat dengan pronominalisasi.
-
Dia
suka lagu kendang kempul, tetapi hasan tidak mau membeli kaset itu.
- Sebuah koordinator dapat didahului koordinator yang lain untuk mempertegas atau memperjelas hubungan antarkedua klausa yang dihubungkan. Misalnya:
-
Sidang
mempertimbangkan usul salah satu peserta dan kemudian menerimanya dengan suara
bulat.
- Ciri-Ciri Semantis
Ciri semantis hubungan
antarklausa ditentukan ole makna dari jenis koordinator yang dipakai dan makna
leksikal ataupun gramatikal dari kata atau klausa yang dibentuk.
- Hubungan penambahan: dan
Misalnya:
-
Paranormal
itu berhasil menangkap tuyul dan mengikatnya agar tidak lepas.
- Hubungan pertentangan: tetapi
Misalnya:
-
Laki-laki
itu sukses dalam berkarir tetapi keluarganya berantakan.
- Hubungan pemilihan: atau
-
Kamu
datang sekarang juga atau tidak usah datang sama sekali.
4.2 Hubungan Subordinatif
1. Pengertian
Hubungan subordinatif
adalah hubungan yang menggabungkan dua klausa atau lebih yang salah satu
klausanya menjadi bagian dari klausa yang lain. Hubungan subordinatif dapat
dibagankan sebagai berikut.
Kalimat

Klausa 1
![]() |

Sebagai contoh
kita simak kalimat berikut.
Orang tua itu mengatakan bahwa anak gadisnya mencintai pemuda itu sepenuh
hati. Hubungan antarklausa dalam kalimat di atas dapat digambarkan dalam bagan
berikut.
Kalimat
![]() |
Klausa Utama

S P O
![]() |
Konj. S P O K
2. Ciri-Ciri Sintaksis
Hubungan subordinatif
memiliki ciri sintaktis sebagai berikut.
a. Klausa yang satu merupakan bagian dari
klausa yang lain.
-
Ketua
partai itu menyatakan kebanggaannya karena partainya memenangkan pemilu.
b. Pada umumnya posisi klausa yang diawali
subordinator dapat berubah.
-
Kita
sudah menemukan perkampungan sebelum malam tiba.
-
Sebelum
malam tiba, kita harus sudah menemukan perkampungan.
- Memungkinkan munculnya hubungan kataforis.
-
Meskipun
mereka tidak puas, para demonstran itu dapat memahami kebijakan pemerintah.
3. Ciri-Ciri Semantis
Hubungan subordinasi mempunyai ciri-ciri semantis
sebagai berikut.
a. Klausa yang mengikuti subordinator
mengandung informasi atau pernyataan yang dianggap sekunder, sedangkan klausa
yang lain mengandung informasi utama.
-
Orang
tua itu bunuh diri karena malu tidak mampu membayar SPP anaknya.
b. Anak kalimat yang dihubungkan oleh
subordinator dapat diganti dengan kata atau frase tertentu sesuai dengan makna
anak kalimat itu.
-
Kami
harus pergi seelum mereka datang.
-
Kami
harus pergi pukul 20.00 WIB.

Dalam Tata Kalimat bahasa Indonesia, terdapat
empat hal yang dibicarakan, yaitu kata, frase, klausa, dan kalimat. Kata
sebagai unsur terkecil pembentuk kalimat dibedakan atas kata penuh dan kata
fungsi. Frase merupakan satuan gramatik
yang terdiri atas dua kata atau lebih dan tidak bersifat predikatif. Sebuah konstruksi frase tidak melebihi
satu batas fungsi dalam kalimat. Frase diklasifikasikan berdasarkan distribusi
unsur yang membangun frase dan kategori kata yang menduduki inti frase.Klausa
merupakan satuan gramatik yang sekurang-kurangnya terdiri atas fungsi P, dengan
atau tanpa diikuti oleh fungsi yang lain (S, O, Pel,, dan K). Kalimat merupakan satuan gramatik yang telah
memiliki informasi lengkap. Berdasarkan macam predikatnya kalimat tunggal
dibagi menjadi kalimat yang berpredikat (1) nomina atau frasa nomina, (2)
ajektiva atau frasa ajektiva , (3) verba atau frasa verba, (4) kategori lain.
Kalimat majemuk dapat dibedakan kalimat majemuk setara dan kalimat majemuk
bertingkat. Dari segi maknanya, kalimat dibagi menjadi kalimat (1) berita
(deklaratif), (2) perintah (imperatif), (3) tanya (interogatif), (4) seru
(eksklamatif), dan (5) emfatik.

Perintah: Bacalah data berikut dengan teliti
kemudian kerjakan soal yang tersedia!
(1) Karena puterinya sudah cukup dewasa dan
Calon Arang tidak ingin anak gadisnya menjadi perawan tua, ia pun berusaha agar
Ratna Manggali segera mendapatkan jodohnya dan menikah.
(2) Krakah segera mengerahkan cantrik-cantrik
Calon Arang untuk mencari seorang perawan.
(3) Sebelum matahari terbit, perawan yang
malang itu sudah dibawa ke Candi Durga.
(4) Setelah membakar dupa, Calon Arang
mengucap mantra lalu menikam jantung perawan itu hingga tewas.
Soal:
- Berikan contoh masing-masing 2 buah kategori nomina, verba, dan ajektiva berdasarkan data di atas!
- Berikan contoh frase endosentrik dan frase eksosentrik masing-masing 4 buah berdasarkan dara di atas!
- Analisis kalimat (2) dan (3) berdasarkan kategori, fungsi, dan peran.
- Terdiri atas berapa klausakah kalimat (1) dan kalimat (4). Bagaimanakah hubungan antarklausa dalam kalimat tersebut? Buatlah bagan untuk memperjelas hubungannya!

Tidak ada komentar:
Posting Komentar