Rabu, 12 Desember 2012

HAKIKAT BAHASA

BAB I
HAKIKAT BAHASA

1.1        Tujuan
            Setelah mempelajari bab ini diharapkan mahasiswa dapat:
a.       menjelaskan pengertian bahasa
b.      menjelaskan berbagai fungsi bahasa     

1.2        Materi
A.    Hakikat Bahasa
            Kita sudah sering mendengar kata bahasa dalam kehidupan  sehari-hari. Bahasa sering diartikan sebagai alat komunikasi yang digunakan oleh manusia. Benarkah bahasa itu alat komunikasi? Kalau benar pertanyaannya dapat dilanjutkan apakah setiap alat komunikasi dapat disebut sebagai bahasa? Apakah penanda khusus bahasa manusia sebagai alat komunikasi yang membedakannya dengan alat komunikasi yang lain? Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan bahasa tersebut marilah kita simak paparan berikut.
            Suatu ketika dalam perjalanan naik bus, penulis mendengar ada dua remaja yang sering tertawa tetapi tidak terdengar mereka melakukan suatu interaksi secara verbal. Karena tertarik, penulis mencoba menoleh untuk melihat aktivitas yang sedang mereka lakukan. Ternyata mereka sedang asyik berkomunikasi, hanya saja komunikasi yang dilakukan tidak menggunakan bahasa secara verbal. Mereka menggunakan jari-jari tangannya untuk berkomunikasi. Dengan demikian, mereka menggunakan bahasa isyarat.
            Ketika kita ikut kegiatan Pramuka, misalnya, kita diajari menggunakan sandi morse atau bendera. Di desa-desa, sering terdengar bunyi kentongan yang dipukul dengan nada-nada tertentu untuk mengumpulkan warga atau ketika terjadi peristiwa kematian, di ujung gang atau di depan rumah duka di pasang bendera putih dengan tanda palang merah untuk memberitahukan kalau di situ ada musibah. Ada seseorang yang sedang meninggal.  Semua ilustrasi di atas menggambarkan bahwa ternyata alat komunikasi itu sangat beragam.  Ada yang menggunakan benda-benda atau tanda-tanda tertentu untuk mengomunikasikan suatu informasi dan suatu gagasan. Ada yang menggunakan isyarat dari jari-jari tangan sehingga dikenal dengan bahasa isyarat. Ada juga komunikasi yang menggunakan bunyi-bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia.  Secara umum, komunikasi dibedakan atas komunikasi verbal dan komunikasi nonverbal. Komunikasi verbal adalah komunikasi yang menggunakan bunyi-bunyi ‘bahasa’ yang dihasilkan oleh alat ucap manusia yang merujuk pada bahasa tertentu, misalnya bahasa Indonesia, bahasa Jawa, bahasa Inggris atau bahasa yang lain. Sedangkan komunikasi nonverbal adalah komunikasi yang tidak menggunakan bunyi-bunyi ‘bahasa’ yang dihasilkan oleh alat ucap manusia. Komunikasi tersebut menggunakan piranti-piranti. Misalnya dengan gerakan jari tangan, ekspresi wajah atau mimik, menggunakan benda-benda tertentu seperti peluit, bendera, kentongan, beduk, atau benda-benda yang lain.
            Sekarang yang menjadi pertanyaan adalah apakah sebenarnya yang dimaksud dengan bahasa? Untuk menjawab pertanyaan tersebut ada baiknya kita merujuk pendapat beberapa pakar berikut.
1. Sapir (dalam Marsudi, 1983:18) mendefinisikan bahasa sebagai suatu alat untuk mengungkapkan pikiran, perasaan, dan kemauan yang murni manusiawi dan tidak instingtif dengan pertolongan sistem lambang-lambang yang diciptakan dengan sengaja (Language is a purely human and non-instinctive of communicating ideas, emotions, and desires by means of a system of voluntarily produced symbols).
2. Bolinger (1981:2) dalam bukunya “Aspects of Language” mengatakan bahwa bahasa manusia adalah sistem komunikasi yang berhubungan dengan suara dan pendengaran, yang berinteraksi dengan pengalaman-pengalaman pemakainya yang menggunakan tanda-tanda konvensional berupa unit-unit pola bunyi yang arbriter dan digunakan sesuai dengan aturan-aturan tertentu. (Human language is a system of vocal-auditory communication, interacting with the experiences of its users, employing conventional signs composed of arbitrary patterned sound units and assembled according to set rules).
3.      Bahasa adalah suatu sistem simbol lisan yang arbitrer yang dipakai oleh anggota suatu masyarakat bahasa untuk berkomunikasi dan berinteraksi antar sesamanya berlandaskan pada budaya yang mereka miliki bersama (Soendjono Dardjowidjojo, 2003:16).
4.      Harimurti Kridalaksana (1984:19), dalam kamus Linguistik menyatakan bahwa bahasa adalah sistem lambang bunyi yang arbitrer yang digunakan oleh para anggota suatu masyarakat untuk bekerja sama, berinteraksi, dan mengidentifikasi diri.
            Dari beberapa pandangan di atas dapat ditemukan dua hal yang berkaitan dengan hakikat bahasa. Pertama yang berhubungan dengan wujud bahasa dan yang kedua yang berkaitan dengan fungsi bahasa. Dilihat dari wujudnya bahasa adalah sistem lambang bunyi atau sistem simbol lisan yang bersifat arbitrer. Dilihat dari fungsinya, bahasa adalah alat komunikasi, alat berinteraksi untuk mengungkapkan pikiran, perasaaan, dan kemauan manusia. Selain berfungsi sebagai alat komunikasi, bahasa juga berfungsi sebagai alat identifikasi diri dan menjadi identitas suatu kelompok. 
            Dengan merangkum berbagai pendapat di atas, bahasa dapat diartikan sebagai sistem lambang bunyi yang bersifat arbitrer yang dihasilkan oleh alat ucap manusia secara sadar untuk berkomunikasi dengan anggota masyarakat tutur bahasa tersebut. Ada beberapa hal yang perlu dijelaskan lebih lanjut berkaitan dengan definisi bahasa tersebut.  Pertama, sistem lambang bunyi yang arbitrer.  Bahasa terdiri atas bunyi-bunyi tertentu yang itu merupakan sebuah sistem. Bunyi yang dilambangkan dengan huruf yang sama dalam bahasa yang satu dapat diujarkan berbeda dengan bahasa  yang lain. Misalnya lambang bunyi /i/ dalam bahasa Indonesia diujarkan sebagai /i/ pada kata api; diujarkan sebagai /I/ pada kata kering. Sementara dalam bahasa Inggris, bunyi tersebut dapat diujarkan menjadi /ai/.
            Dalam bahasa Indonesia sendiri sangat banyak kesalahan dalam melafalkan bunyi bahasa Indonesia karena penuturnya tidak memahami sistem lafal dalam bahasa Indonesia. Misalnya kata Indonesia yang hampir sebagian besar melafalkannya dengan /endonesia/. Padahal seharusnya bunyi /i/ pada awal kata Indonesia dilafalkan secara tegas sebagai /i/ bukan /e/. Kita dapat membandingkannya dengan bunyi /i/ pada kata intan, indah, ikan, itik yang semuanya dilafalkan dengan /i/ pada awal katanya.  Ini merupakan sebuah gambaran bahwa bahasa itu merupakan suatu sistem.
            Kedua yang perlu diperhatikan bahwa bahasa itu dihasilkan oleh alat ucap manusia secara sadar.  Yang perlu dicermati adalah bahwa tidak setiap bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia adalah bunyi bahasa. Suara yang dihasilkan ketika seseorang sedang bersin atau batuk bukan merupakan bunyi bahasa.  Mengapa demikian? Karena bunyi-bunyi tersebut tidak mengandung makna. Bunyi tersebut bukan bunyi yang distingtif (memiliki fungsi sebagai pembeda arti). Demikian pula dengan bunyi-bunyi yang dihasilkan oleh orang yang sedang tidur. Igauan itu bukan suatu bahasa karena tidak diujarkan secara sadar. Kesadaran di sini memiliki arti yang penting untuk menentukan apakah suatu ujaran itu dapat dianggap sebagai bahasa.
            Dalam kaitannya dengan fungsi komunikasi, bahasa dapat digunakan untuk menyampaikan pikiran, perasaan, dan kemauan. Dalam istilah yang lebih populer, bahasa dapat digunakan untuk menyampaikan cipta, rasa, dan karsa.  Fungsi ini sebenarnya belum mengungkapkan fungsi bahasa secara utuh karena hanya berkaitan dengan  salah satu fungsi bahasa dalam komunikasi yaitu sebagai fungsi ekspresif.  Secara lebih rinci, fungsi bahasa dalam komunikasi dipaparkan dalam uraian berikut.
A.    Fungsi Bahasa
            Dari pengertian bahasa yang dipaparkan di atas dapat diketahui bahwa salah satu fungsi bahasa adalah untuk alat komunikasi atau alat berinteraksi dalam suatu masyarakat tutur.  Apakah sebenarnya yang dimaksud dengan komunikasi? Harimurti Kridalaksana (1984: 104) menjelaskan, “komunikasi adalah penyampaian amanat dari sumber atau pengirim ke penerima melalui sebuah saluran”. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, komunikasi diartikan sebagai pengiriman dan penerimaan pesan atau berita antara dua orang atau lebih sehingga pesan yang dimaksud dapat dipahami  (KBBI, 1996: 517).  Sedangkan Chaer dan Leonie Agustina (1995: 22) dengan menyitir Webster’s New Collegiate Dictionary menyatakan bahwa Communication is a process by which information is exchange between individuals through a common system of symbols, signs, or behavior  (Komunikasi adalah proses pertukaran informasi antarindividual melalui sistem simbol, tanda, atau tingkah laku yang umum).
            Dari beberapa definisi di atas dapat diketahui bahwa dalam suatu  tindak komunikasi, ada tiga komponen yang terkait, yaitu (1) pihak yang terlibat dalam komunikasi, yaitu pengirim atau penyampai dan penerima pesan atau informasi. Pihak yang terlibat ini disebut sebagai partisipan komunikasi, (2) pesan , berita, atau informasi yang dikomunikasikan, dan (3) saluran/alat yang digunakan dalam komunikasi itu.  Partisipan suatu tindak komunikasi adalah penyampai/pengirim informasi (sender) dan penerima pesan (receiver). Informasi yang disampaikan dapat berupa suatu gagasan, informasi, atau pesan. Sedangkan saluran atau alat yang digunakan dapat berupa lambang bunyi (dalam komunikasi verbal) dan dapat pula tanda-tanda gambar, benda-benda tertentu seperti peluit, bendera, warna, dan dapat juga berupa gerak-gerik anggota badan; gerakan tangan, kepala, mimik wajah, kerdipan atau pelototan mata (dalam komunikasi nonverbal).
            Komponen dalam komunikasi dapat dibagankan sebagai berikut.

Komponen Komunikasi

           
Pengirim/                                konteks                                penerima/
            penutur                                    pesan                                pendengar
                                                            kontak
                                                            kode

Berkaitan dengan komponen komuniksi tersebut, Halliday (1973), Finnochiaro (1974), dan Jakobson (1960) seperti dikutip oleh Chaer dan  Leonie Agustina (1995:19-22)  menyatakan bahwa fungsi bahasa  mencakup fungsi ekspresif/emotif/afektif/ideasional jika dilihat dari pengirim atau penutur; mencakup fungsi referensial/denotatif/kognitif, puitik, fatik/interaksional/ interpersonal, dan metalinguistik jika dilihat dari pesan, konteks, kontak, dan kode; dan fungsi direktif/konatif jika dilihat dari penerima pesan atau pendengarnya. Masing-masing fungsi tersebut dapat dibagankan sebagai berikut.
           
Fungsi Bahasa


            ekspresif /                               referensial / denotatif / kognitif     direktif /
            emotif  /                                   puitik                                        instrumental  afektif /                                   fatik / interaksional / interpersonal
              ideasional                                    metalinguistik
                    
            Masing-masing fungsi akan dipaparkan dalam uraian berikut.
1. Fungsi Ekspresif
            Fungsi ekspresif disebut juga fungsi emotif, afektif, dan ideasional. Disebut demikian karena fungsi ekspresif  berkaitan dengan fungsi bahasa dilihat dari penyampai pesan atau penutur. Bagi penutur atau penyampaian pesan, bahasa digunakan untuk menyampaikan dan mengekspresikan perasaan (aspek emotif), sikap (afektif), dan gagasan, informasi, atau pesan (ideasional).  Fungsi ini banyak kita temukan dalam kehidupan sehari-hari.  Seorang orang tua yang menyampaikan kekecewaannya terhadap hasil belajar anaknya. Dia mendudukkan si anak kemudian orang tua berbicara panjang lebar tentang bagaimana seharusnya si anak dalam belajar. Seorang wanita “curhat” kepada rekannya seharian sambil berderai air mata karena dia mengetahui kalau suaminya ada main dengan perempuan lain. Seorang Kepala Sekolah memberikan pengarahan kepada para guru  tentang persiapan yang harus dilakukan agar siswa berhasil dalam menghadapi Ujian Nasional (UN). Para PKL berteriak-teriak histeris menentang penggusuran yang dilakukan petugas SATPOL PP. Semua itu merupakan perwujudan kongkret dari fungsi ekspresif.
            Fungsi ekspresif ini tidak saja dapat dilakukan ketika seseorang berinteraksi dengan orang lain, tetapi juga dapat diterapkan ketika seseorang berinteraksi dengan dirinya sendiri. Ketika seseorang duduk sendiri, sebenarnya orang tersebut sedang berinteraksi dengan dirinya sendiri. Di sana terjadi dialog panjang  dalam diri seseorang tersebut sampai diambil suatu ketetapan terhadap sesuatu yang harus dilakukan.  Dalam hal ini, bahasa dianggap mempunyai fungsi personal atau pribadi.

2. Fungsi Direktif
            Dalam kaitannya dengan pendengar atau penerima pesan, bahasa dapat berfungsi direktif, fungsi untuk mengatur tingkah laku pendengar. Fungsi ini disebut juga fungsi instrumental dan fungsi retorikal.  Dalam konteks ini, bahasa tidak hanya dipahami oleh pendengar saja, tetapi dapat mempengaruhi pendengar untuk melakukan suatu tindakan seperti yang diinginkan oleh penuturnya.  Dalam komunikasi, biasanya penutur menggunakan kalimat-kalimat yang menyatakan perintah, himbauan, permintaan, maupun rayuan.   Sebagai contoh dapat disimak pada ujaran berikut.
-          Mohon maaf. Harap lewat pintu samping. Ada rapat!
-          Heregistrasi paling lambat 10 Maret 2007
-          Soto Daging ADA
Pada contoh pertama, sering kita temukan dipasang di pintu masuk fakultas.  Karena ruang dosen digunakan untuk rapat dengan adanya informasi tersebut diharapkan mahasiswa atau siapa pun yang akan ke ruang fakultas diharapkan lewat pintu samping tidak memaksakan diri lewt pintu tengah.  Demikian pula dengan pengumuman bahwa herregistrasi paling lambat 10 Maret 2007. Selain berfungsi memberikan informasi, pengumuman tersebut juga merupakan sebuah peringatan agar mahasiswa tidak terlambat dalam melakukan herregistrasi.  Sedangkan contoh ketiga merupakan informasi kepada pelanggan bahwa soto dagingnya masih ada sehingga pelanggan tidak perlu ragu-ragu untuk berhenti dan mampir ke warung tersebut.
Dalam bahasa Indonesia, fungsi direktif ini mempunyai hubungan yang erat dengan kesantunan dalam berbahasa.  Semakin pernyataan itu disampaikan secara langsung derajat kesantunannya semakin menurun. Perhatikan kalimat berikut.
-          Carikan  penghapus!
-          Tolong carikan penghapus!
-          Penghapusnya di mana ya!
-          Kelas ini tidak punya penghapus ya?
-          Waduh, papan tulisnya kotor banget!
Pada orang-orang yang mempunyai profesi tertentu, fungsi direktif ini menjadi sangat penting. Misalnya seorang psikiater, dokter, guru, pengkhotbah, motivator diharapkan dapat memanfaatkan fungsi ini secara maksimal sehingga dapat berpengaruh positif terhadap klien atau pendengarnya dalam bertindak sesuai dengan apa yang diinginkannya.

3. Fungsi Referensial
            Fungsi referensial disebut juga  sebagai fungsi kognitif, denotatif, informatif, dan fungsi representasional.  Fungsi ini berkaitan dengan suatu konteks dalam komunisasi. Yang dimaksud dengan fungsi referensial adalah fungsi bahasa sebagai alat untuk membicarakan suatu objek/referensi. Objek tersebut dapat berupa sebuah peristiwa, benda, manusia atau apapun yang dijadikan bahan percakapan.  Misalnya ketika seseorang ingin bercerita tentang pesawat  Garuda yang terbakar di lapangan terbang Adi Sucipto, orang tersebut tidak perlu repot-repot menunjukkan foto atau gambar kebakaran pesawat tersebut karena bahasa dapat mewakilinya. Bahasa dapat menjadi referen atas apa yang dibicarakan tersebut. Mengapa demikian? Karena bahasa mempunyai kata-kata yang dapat merujuk pada sesuatu di luar bahasa tersebut. Ketika seseorang menyebut pesawat Garuda dalam benak pendengar sudah terdapat memori atau skemata tentang ‘pesawat garuda’ tersebut. Demikian pula ketika seseorang bercerita tentang kondisi Indonesia yang semakin terpuruk akibat bencana yang terus melanda, hal tersebut dapat dilakukan dengan enak meskipun tanpa harus menghadirkan objek yang dibicarakan karena bahasa mempunyai fungsi referensial.

4. Fungsi Puitik
      Fungsi puitik yang disebut juga sebagai fungsi imajinatif merupakan fungsi bahasa yang terkait dengan cara penyampaian pesan. Cara-cara tertentu membuat pesan yang disampaikan menjadi mengesankan karena dilakukan dengan menggunakan bahasa  yang indah penuh estetika.  Dalam studi bahasa ini dikaji dalam stilistika.  Fungsi puitik banyak ditemukan dalam pengekspresian gagasan dalam bentuk puisi. Misalnya pada syair lagu dan dalam iklan. Kita bisa menyimak bagaimana fungsi puitik dimanfaatkan oleh penulis syair lagu BINTANG KECIL berikut.

Bintang kecil di langit yang tinggi
Amat banyak menghias angkasa
Aku ingin terbang dan menari
Ke tempat kau berada

Aspek  estetis dalam syair lagu di atas dapat kita lihat dari permainan bunyi /i/ pada kata kecil, langit, dan tinggi pada baris pertama. Kemudian pengulangan bunyi /a/ pada amat, banyak, menghias, dan angkasa pada baris kedua.  Pengulangan bunyi vokal dalam suatu puisi menimbulkan efek keceriaan, kesenangan, dan kebahagiaan. Seperti terlihat pada syair lagu bintang kecil  yang menggambarkan keceriaan dan impian seorang anak kecil ketika melihat bintang di langit. Sementara untuk membangun kesan sedih, berduka, dan sesuatu yang tidak menyenangkan dibangun dengan menggunakan pengulangan konsonan. Misalnya pada deret bunyi berikut.
Malam kelam sendirian
Di ujung kuburan
Menganyam maut selimuti kabut
Pengulangan konsonan pada deretan kata tersebut menimbulkan kesan tidak menyenangkan.
            Dalam bahasa iklan juga dipilih kata-kata yang menimbulkan fungsi puitik yang kuat.  Misalnya pada Buku Jendela Ilmu; Pria Jantan Punya Selera;  Kopiko, kopi buanget!; Nokia Kenikmatan Berkomunikasi dengan Cita Rasa Ekslusif.   Kata-kata dalam iklan tersebut dipilih untuk membangun aspek estetis tertentu sehingga yang membaca benar-benar terkesan.

5. Fungsi Fatik
Fungsi fatik disebut juga fungsi interpersonal dan interaksional. Fungsi fatik merupakan fungsi bahasa untuk menajalin hubungan, memelihara  hubungan, memperlihatkan perasaan bersahabat, dan solidaritas sosial. Dalam komunikasi, ungkapan-ungkapan yang digunakan biasanya sudah tetap. Dalam bahasa Indonesia ditemukan ungkapan seperti Apa kabar? Gimana baik-baik saja? Mau ke mana ini? Kok sendirian saja?  Pertanyaan-pertanyaan tersebut lebih bersifat basa-basi dan tidak harus dijawab dengan sebenarnya.  Dalam komunikasi lintas budaya, fungsi fatik ini bisa menjadi masalah besar karena sering kali dianggap mengganggu privasi seseorang dan sering kali juga dapat menimbulkan salah pengertian.  Ilustrasi  yang diberikan oleh Deddy Mulyana (2003: v) berikut barangkali dapat dijadikan gambaran betapa kita harus berhati-hati dalam menjalankan fungsi bahasa yang satu ini.

Suatu perang terjadi antara sebuah kerajaan Melayu di Indonesia dan sebuah angkatan perang penjajah karena perkara “sepele”. Ketika berkunjung ke kerajaan itu, komandan bule mencium tangan sang permaisuri sebagai tanda penghormatan. Raja marah dan menganggap pemimpin pasukan itu kurang ajar.

Presiden Amerika Serikat John Kennedy dan Presiden Meksiko Adolfo Lopez Meteos bertemu di Meksiko tahun 1962. Ketika mengendarai mobil, Kennedy memperhatikan jam tangan Presiden Meksiko. Kennedy memuji Lopez: “Betapa indahnya jam tangan Anda.” Lopez segera memberikan arlojinya kepada Presiden Amerika seraya berkata, “Jam tangan ini milik Anda sekarang.” Kennedy merasa malu karena pemberian itu. Ia berusaha menolaknya, namun Presiden Meksiko menjelaskan bahwa di negerinya ketika seseorang menyukai sesuatu, sesuatu itu harus diberikan kepadanya. Kepemilikan adalah masalah perasaan dan kebutuhan manusia bukan milik pribadi. Kennedy terkesan dengan penjelasan itu dan menerima arloji itu dengan rendah hati. Tak lama kemudian, Presiden Lopez berpaling kepada Presiden Amreika dan berkata: “Aduh, betapa cantiknya istri Anda,” yang dijawab oleh Kennedy: “Silakan ambil kembali jam tangan Anda”.

Perbedaan budaya semacam itu memang sering kali menimbulkan permasalahan tersendiri dalam suatu komunikasi. Karena itu pemahaman terhadap masalah sosialbudaya sangat diperlukan untuk menyukseskan komunikasi yang kita lakukan.

6.      Fungsi Metalinguistik
            Fungsi metalinguistik adalah fungsi bahasa untuk membicarakan bahasa itu sendiri. Di sini bahasa digunakan untuk membicarakan atau menjelaskan bahasa.  Hal ini dapat dilihat dalam kelas-kelas bahasa atau dalam pembelajaran bahasa di sekolah ketika siswa mendiskusikan masalah-masalah bahasa. Misalnya pembahasan tentang fonem dan morfem bahasa Indonesia. Uraian tentang kalimat bahasa Indonesia dalam pelajaran bahasa Indonesia.            

1.1   Rangkuman
            Bahasa  adalah sistem lambang bunyi yang bersifat arbitrer yang dihasilkan oleh alat ucap manusia secar sadar untuk berkomunikasi dengan masyarakat tutur bahasa tersebut.  Salah satu fungsi utama bahasa adalah sebagai alat komunikasi.  Komunikasi merupakan proses penyampaian pesan dari penutur/pengirim pesan kepada pendengar/penerima pesan melalui saluran atau media tertentu.  Dalam suatu komunikasi terdapat tiga komponen yaitu partisipan yang mencakup  penutur/penyampai pesan, pendengar/penerima pesan; pesan yang disampaikan; dan saluran atau media. Dalam konteks ini, bahasa mempunyai beberapa fungsi, yaitu fungsi ekspresif, direktif, referensial, putik, fatik, dan metalinguistik.

1.2   Latihan Soal

Perintah: Jawablah soal-soal latihan berikut dengan singkat dan jelas!
1.      Apakah setiap alat komunikasi dapat disebut bahasa?
2.      Jelaskan yang dimaksud dengan komunikasi verbal dan komunikasi nonverbal!
3.      Apakah sebenarnya bahasa itu? Jelaskan dengan bahasa Saudara sendiri!
4.      Mengapa ujaran yang dihasilkan tanpa kesadaran tidak dapat disebut sebagai bahasa?
5.      Berikan contoh ujaran siswa Sekolah Dasar yang menggambarkan fungsi ekspresif!
6.      Berikan contoh ujaran guru dalam pembelajaran di Sekolah Dasar yang merupakan fungsi direktif!
7.      Berikan contoh ekspresi-ekspresi yang dihasilkan oleh siswa Sekolah Dasar yang merefleksikan fungsi fatik!
8.      Berikan coantoh ujaran yang dihasilkan oleh siswa Sekolah Dasar yang menggambarkan penerapan fungsi referensial dalam komunikasi anak!
9.      Apakah yang dimaksud dengan fungsi puitik? Jelaskan dengan contoh dari ekspresi yang dihasilkan siswa Sekolah Dasar!
10.  Jelaskan yang dimaksud dengan fungsi metalinguistik dalam pembelajaran di Sekolah Dasar!





4 komentar:

Read more: Menampilkan Koordinat Mouse di Halaman Blog | Mas Bugie [dot] com http://www.masbugie.com/2011/01/menampilkan-koordinat-mouse-di-halaman.html#ixzz2ErQJ3xw6